PENGINDERAAN JAUH
A. INTERPRETASI
CITRA PENGINDERAAN JAUH
Interpretasi
citra merupakan perbuatan menkaji foto udara da atau citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut.
Di dalam
interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra dan berupaya melalui proses
penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti pentingnya objek
yang tergambar pada citra dan menterjemahkan nya ke dalam disiplin ilmu
tertentu geologi, geografi, ekologi, dan disiplin ilmu lainnya
Lo (1976)
mengemukakan bahwa pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari dua
tingkat, yaitu tingkat pertama yang berupa pengenalan objek melalui proses
deteksi dan identifikasi, dan tingkat kedua yang berupa penilaian atas
pentingnnya objek dan kaitannya dengan objek itu. Tingkat pertama berarti
perolehan data, sedangkan tingkat kedua berupa interpretasi atau analisis data
. Di dalam upaya otomatis, hanya tingkat pertamalah yang dapat dikomputerkan.
Tingat kedua harus dilakukan oleh orang yang berbekal ilmu pengetahuan cukup
memadai pada disiplin tertentu.
B. SISTEM
PENGINDERAAN JAUH
Sistem adalah
serangkaian objek atau komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama secara
terkoordinasi untuk melaksanankan tujuan tertentu.
Sistem
penginderaan jauh ialah serangkaian komponen yang digunakan untuk penginderaan
jauh. Rangkaian komponen itu berupa tenaga, objek, sensor, data dan
penggunaan data
Komponen dan
interaksi antara komponen dalam sistem penginderaan jauh dapat dilihat sebagai
berikut:
Gambar 1. Sistem penginderaan jauh
1.
Sumber
Tenaga
Dalam
penginderaan jauhharus ada sumber tenaga, baik sumber tenaga alamiah maupun
sumber tenaga buatan. Tenaga ini mengenai objek di permukaan bumi yang kemudian
dipantulkan ke sensor. Ia juga dapat berupa tenaga dari objek yang dipancarkan ke
sensor.
Jumlah tenaga
yang mencapai bumi dipengaruhi oleh waktu (jam, musim, lokasi dan kondisi
cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari lebih banyak bila
dibandingkan dengan jumlahnya pada pagi atau sore hari. Kedudukan matahari
terhadap tempat di bumi berubah sesuai dengan perubahan musim. Pada musim di
saat matahari berada tegak lurus di atas suatu tempat, jumlah tenaga yang
diterima lebih besar bila dibandingkan dengan pada musim laindi saat matahari
kedudukannya condong terhadap tempat itu.
2.
Atmosfer
Atmosfer
membatasi bagian spektrum elektromagnetik yang dapat digunakan dalam
penginderaan jauh. Pengaruh atmosfer merupakan fungsi panjang gelombang.
Pengaruhnya bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Karena pengaruhnya
yang selektif inilah maka timbul istilah jendela atmosfer yaitu bagian dari
spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi.
3.
Interaksi
antara Tenaga dan Objek
Tiap objek
mempunyai karakteristik tertentu dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke
sensor. Pengenalan objek pada dasrnya dilakukan dengan menyidik (tracing) karakteristik spektral objek
yang tergambar pada citra. Objek yang banyak memantulkan/memancarkan tenaga
akan tampak cerah pada citra sedang objek yang pantulannya/pancarannya sedikit
tampak gelap.
4.
Sensor
Tenaga yang
datang dari objek dipermukaan bumi diteriman dan direka oleh sensor. Tiap
sensor mempunyai kepekaan terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kemampuan
sensor untuk menyajikan gambaran objek terkecil ini disebut resolusi spasial.
Resolusi spasial ini merupakan petunjuk bagi kualitas sensor. Berdasarkan
Proses perekamannya sensor dibedakan atas sensor fotografik dan sensor
elektronik
5.
Perolehan
Data
Perolehan data
dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan interpretasi secara visual, dan
dapat pula dilakukan dengan cara numerik atau cara digital yaitu dengan
menggunakan komputer. Foto udara pada umumnya diinterpretasi secara manual,
sedang data hasil penginderaan secara elektronik dapat diinterpretasi secara
manual maupun secara numerik
6.
Penggunaan
Data
Keberhasilan aplikasi
penginderaan jauh terletak pada dapat diterima atau tidaknya hasil penginderaan
jauh itu oleh para pengguna data. Jadi, pengguna data merupakan komponen yang
penting dalam sistem penginderaan jauh. Kerincian, keandalan dan kesesuaiannya
terhadap kebutuhan pengguna sangat menentukan diterimanya data penginderaan
jauh oleh para pengguna.
A. JENIS
CITRA
Pada dasarnya
citra dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu: citra foto (photographic image) atau citra foto udara dan citra non foto (non photographic image). Kedua jenis
citra ini yang akan dibahas, bea antara citra foto udara dengan citra non foto
dapat disajikan pada tabel berikut
Tabel 1. Perbedaan
Citra Foto udara dengan citra non foto
Sumber: Linllesant dan Kiefer, 1979
1.
Citra
Foto Udara
Citra foto
udara adalah citra yang dibuat dari pesawat udara atau flatform lainnya dengan
kamera sebagai sensornya dan dengan menggunakan bagian sfektrum tampak mata
serta perluasannya (ultra violet dekat dan infra merah dekat)
Citra foto
udara dibedakan atas: (a) Spektrum elektromagnetik yang digunakan , (b) Sumbu
kamera, (c) sudut padang kamera, (d) jenis kamera, (e) warna yang digunakan,
dan (f) sistem wahana dan penginderaannya.
2.
Citra
Non Foto
Citra non foto
adalah citra yang sensornya bukan kamera dan penginderaaanya terutamam
menggunakan spektrum tak tampak mata. Citra non foto dibedakan berdasarkan
atas: (a) Spektrum elektromagnetik yang digunakan, (b) sensor yang digunakan,
dan (c) wahana yang digunakan.
A. TEKNIK
INTERPRETASI CITRA
Teknik
interpretasi citra dimaksudkan sebagai alat atau cara untuk melaksanakan metode
penginderaan jauh. Di dalam melaksanakan pekerjaan ini penafsir menggunakan
berbagai data yang berasal dari luar citra dengan maksud untuk lebih memudahkan
interpretasi.
Teknik
interpetasi citra ini akan dibincangkan cara-cara interpretasi citra yang lebih
menguntungkan atau lebih baik. Istilah menguntungkan dimaksudkan dalam segi
kemudahaan pelaksanaan interpretasi, lebih akurat hasil interpretasinya, atau
lebih banyak informasi yang dapat dipeoleh. Cara-cara tersebut dilakukan
dengan:
1.
Data
Acuan/Data Bantu
Data acuan
dapat berupa pustaka, pengukuran, analisis laboratorium, peta, kerja lapangan,
foto terestrial maupun foto udara selain citra yang digunakan. Ia dapat pula
berupa berupa tabel statistik, tentang meteorologi atau tentang penggunaan
lahan yang dikumpulkan oleh perorangan maupun oleh pemeintah. Penggunaan data
acuan atau meningkatkan ketelitian hasil interpretasi yang dapat memperjelas
lingkup, tujuan, dan masalah sehubungan dengan proyek tertentu.
Data bantu
sering menolong pelaksanaan interpretasi citra: seperti pada citra nampak
adanya sawah yang ditanami padi atau gandum. Kedua jenis tanman itu sulit
dibedakan sama lain dengan adanya data bantu yang menjelaskan daerah yang
besangkutan terletak di mana dan kebiasaaan penduduk setempat yang biasa menanan gandum atau padi, maka dapatlah
jenis tanaman tersebut dikenal lewat citra foto udara.
2.
Kunci
Interpretasi Citra
Kunci
interpretasi citra pada umumnya berupa potongan citra yang telah diinterpretasi
serta diyakini kebenarannya, dan diberi keterangan seperlunya. Keterangan ini
meliputi jenis objek yang digambarkan, unsur interpretasinya dan keterangan
tentang citra yang menyangkut jenis, skala, saat perekaman, dan lokasi
daerahnya. Kunci interpretasi citra dimaksudkan sebagai pedoman dalam melaksanakan
interpretasi citra. Ia dapat berupa kunci interpretasi citra secara individual
maupun berupa kumpulannya. Kunci Interpretasi citra dibedakan atas dasar
lingkupnya an atas dasra lainnya.
a.
Atas
Dasar lingkupnya
Berdasarkan lingkupnya, kunci interpretasi citra
dibedakan atas empat jenis yaitu:
1)
Kunci
individual (item key), yaitu kunci interpretasi citrayang digunakan untuk objek
yang kondisi individualnya. Sebagai contoh, misalnya kunci interpretasi untuk
tanaman karet.
2)
Kunci
subjek (subject key), yaitu himpunan kunci individual yang digunakan untuk
identifikasi objek-objek atau kodisi penting dalam suatu subjek atau kategori
tertentu.
3)
Kunci
regional (regional key), yaitu himpunan kunci individual atau kunci subjek atau
identifikasi objek-objek atau kondisi suatu wilayah tertentu
4)
Kunci
analog (analogoues key), ialah kunci subjek atau kunci subjek atau kunci
regional untuk daerah yang terjangkau secara teristrial. Tetapi dipersiapkan
untuk daerah lain yang dapat terjangkausecara teristrial.
b.
Atas
Dasar Lainnya
Berdasarkan karakter intiristik ini maka kunci
interpretasi citra dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1)
Kunci
langsung, (direct key) yang disiapkan utuk objek atau kondisi yang tampak
langsung pada citra, seperti misalnya bentuk lahan dan pola aliran permukaan
2)
Kunci
asosiasi (Asosciative key), ialah kunci interpretasi citra yang terutama
digunakan untuk deduksi informasi yang tidak tampak langsung pada citra
sebaliknya digunakan untuk deduksi informasi
3.
Penanganan
Data
Cara sederhana
untuk mengatur citra dengan baik adalah: (1) menyusun citra tiap satuan
perekaman atau pemotretan secara numerik dan mnghadap ke atas, (2) mengurutkan
tumpukan citra dengan urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan meletakkan
ketas kertas-kertas penyekat diantaranya, (3) melekatkan tumpukan citra
sedemikian sehingga jalur terbang membentang dari kiri kekanan terhadap arah
pengamatan sedapat mungkin dengan arah bayangan mengarah ke pengamatan, (4)
melekatkan citra yang akan digunakan sebagai pembanding disebelah menyebelah yang
akan diinterpretasi, dan (5) pada saat citra dikaji, tumpuklah menghadap
kebawah dalam urutannya.
Banyaknya
citra yang akan diinterpretasi secara bersamaan untuk memaksimalkan hasil
interpretasi. Dengan demikian banyak citra yang diamati oleh penafsir, penafsir
yang berpengalaman belum tetntu memperhatikan cara penaganan datanya karena ia
mungkin lebih tertarik menekuni interpretasinya. Hal yang demikian tentu saja
tidak menguntungkan untuk kemudahan dalam menyimpang dan mencari datanya. Oleh
sebab itu seyogyanya penanganan data dilakukan seperti layaknya menangani arsip
penelitian ilmia, lima langkah keatas dapat ditentukan dan atau menurut
kelayakan atau kesesuaiannya.
4.
Pengamatan
Stereoskopik
Pengamatan
streoskopik atas citra foto udarayang bertampalan dapat menimbulkan gambaran
tiga dimensional. Pengamatan ini sangat membuat pada pengenalan objek. Lebih
dari itu, tiap streopair (straomodel) merupakan model dari medan yang
memungkinkan ulasan keruangan dengan nyata.
Hingga kini
pengamatan dengan stereoskopis masih terbatas pada citra foto udara, citra
radar, citra landsat. Bagi citra inframerah termal an citra lainnya masih belum
dapat dikembangkan sebagai suatu teknik yang operasional. Karena pengamatan
stereoskopik memerlukan persyaratan yakni adalah daerah bertampalan dan adanya
paralaks antara daerah yang bertampalan. Paralaks adalah perubahan letak objek
pada citra terhadap titik atau sistem acuan, yang disebabkan oleh perubahan
letak titik pengamatan.
5.
Metode
Pengkajian
Pekerjaan
interpretasi citra diawali dari penkajian semua detail yang sesuai terhadap
tujuan. Sungguhpun demikian senang mengawali dengan menyiam seluruh atau
sebagian besar daerah/objek yang dikaji. Kemudian dilakukan seleksi dan kajian
terthadap detail yang dikehendaki.
Ada dua macam
metod penkajian secara umum, yaitu:
a)
Fishing
expedition
Citra foto udara menyajikan gambar objek dipemukaan bumi. Sebagai
akibatnya, penafsiran citra yang kurang berpengalaman sering mengambil data
yang lebih banyak dari yang diperlukan. Hal ini disebabkan karena penafsiran
mengamati seleruh citra dan mengambil datanya seperti orang mencari ikan di
dalam air, yaitu menjelajahi seluruh daerah.
b)
Logical
search
Pada metode ini penafsiran citra juga mgamati citra
secara menyeluruh tetapi secaca selektif hanya mengambil datanya yang relevan
terhadap tujuan interpretasi. Diartikan pula penafsiran citra hanya mengkaji
daerah secara selektif. Sebagai contoh eksplorasi deposit minyak bumi hanya
dicari didaerah endapan marine, khususnya daerah lipatan.
6.
Penerapan
Konsep Multi
Berdasarkan
konsep multi yang berkaitan dengan intrepretasi citra foto pada bagian ini
dikemukan secara singkat:
a)
Multispektral
Tiga manfaat yang dapat ditarik dari citra multispektral
hitam putih, yaitu: (1) meningkatkan kemampuan interpretasi manual karena kurva
pantulan tiap objek sering lebih nyata bedanya pada spektrum sempit tertentu,
(2) dimungkinkannya pembuatan citra komposit berwarna (color composite)
sehingga pengena objek dipermudah, dan (3) dimungkingkannya pengamat dengan
menggunakan pengamat warna aditif (color additive viewe) sehingga dapat
dilakukan penajaman warna (color enchancement)
b)
Multitingkat
Citra multitingkat yaitu citra yang menggambarkan daerah
yang sama, dengan skala yang berbeda. Citra skala kecilmeliputi daerah yang luas,
tetapi gambarnya secaca global. Sebaliknya, citra skala besar menyajikan
gambaran terperinci tetapi liputannya sempit. Dengan memadukannya maka untuk
daerah tertentu dapat dikaji secara terperinci dengan menggunakan skala besar.
Dengan jalan mengkaji pada hubungan gambaran pada citra
skala besar dan citra skala kecil di daerah sampel, dapat dilakukan eksplorasi
atau generalisasi untuk seluruh daerah. Dengan demikian maka bagi daerah luas
akan dapat diperoleh manfaat yang besar, yaitu lebih cepat, lebih murah, dengan
ketelitian yang memadai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar