GEJALA-GEJALA GEOLOGI
A. Ruang
Lingkup Praktikum
Lingkup
pokok praktikum adalah mengkaji suatu wilayah tertentu yang akan dijadikan
sebagai perbandingan dalam pembelajaran tentang gejala-gejala geologi. Dimana
gejala tersebut akan dihubungkan dengan apa yang telah didapatkan di dalam
ruangan.
Ilmu
Geologi, seperti juga ilmu biologi dan astronomi merupakan bahagian dari
pengetahuan alam, ialah pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu tentang
benda-benda yang terdapat dalam alam raya. Satu-satunya jalan untuk mengetahui
tentang benda-benda itu ialah dengan pertolongan panca indera kita/melihat.
Manusia sekarang tidak lagi mencoba menerangkan sesuatu kejadian dengan
pertolongan kepercayaan atau hipotesis yang samara-samar, akan tetapi
pengetahuan alam itu mempunyai satu tujuan mencari dalil-dalil serta
syarat-syarat yang dapat menerangkan jalannya proses-proses alam.
Geologi
sebagai pengetahuan alam mempelajari segala gejala-gejala yang terdapat di atas
muka bumi dan di dalam bumi. Tak semua gejala geologi dapat kita lakukan
prosesnya dalam laboratorium. Proses geologi berlaku dalam laboratorium
Universal, ialah alam sendiri. Proses waktu juga yang memainkan pranan penting
dalam mempelajari gejala geologi tersebut. Pengetahuan geologi itu bukan
pengetahuan yang semata-mata eksak seperti misalnya ilmu fisika.
Pengembangan
pokok-pokok bahasan tersebut di atas, dirasakan mantap jika siswa/mahasiswa
diajak melihat langsung di lapangan sesuai dengan potensi alam wilayah di mana
yang kita kunjungi. Meskipun dalam berbagai hal, banyak sekali kendala yang
dapat ditemui dalam pelaksanaan praktek lapang,tetapi tinjauan langsung ke
lapangan adalah salah satu cara yang paling tepat untuk mencari kebenaran
tentang segala gejala geologi yang ada di muka bumi ini.
B. Latar
Belakang
Telah
kita pelajari di dalam ruangan kuliah bahwa geologi adalah pengetahuan bumi
yang mempelajari lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi, atau lebih
jelas lagi bahwa geologi adalah pengetahuan tentang susunan zat serta bentuk
dari bumi. Geologi pun merupakan
pengetahuan yang mempelajari sejarah perkembangan dari bumi serta
makhluk-makhluk yang pernah hidup di dalam dan di atas bumi.
Dengan
berdasarkan hal di atas, maka penelitian yang akan dilakukan dalam praktek
adalah tidak lain dan tidak jauh dari pokok-pkok gejala geologi yang ada di
daerah tujuan yang akan kita datangi, dalam hal ini yaitu daerah Mallawa.
Daerah ini banyak menjanjikan berbagai hal yang dapat kita pelajari untuk kita
bawa pulang sebagai bekal pengetahuan yang telah lama ingin kita ketahui secara
pasti apalagi jika didukung dengan berbagai kondisi yang memungkinkan di daerah
Mallawa, di antaranya kondisi struktur tanah, suhu, dan perlapisan bumi yang
ada di sana .
Lembaga
Mallawa yang dijadikan sebagai daerah tujuan menjanjikan berbagai peluang, yang
menampakkan gejala alam bagi para mahasiswa yang ingin mendalami
masalah-masalah fisis di Mallawa. Penelitian di atas dilakukan berkali-kali
dalam pengamatan yang telah dilakukan selama bertahun-tahun yang lalu, sewaktu
para mahasiswa Geografi juga telah melakukan penelitian di Mallawa. Sehingga
hasilnya yang mereka peroleh, mereka telah konsepkan kepada kita sebagai
mahasiswa baru yang baru akan melakukan penelitian di lapangan, agar daerah
Mallawa dijadikan sebagai Laboratorium umum bagi pembelajaran Geologi mahasiswa
Geografi sampai masa-masa yang akan dating.
Suatu
praktek dilakukan dalam laboratorium dan yang menjadi laboratoriumnya ituadalah
lapangan itu sendiri yang dijadikan objek tujuan. Dimana laboratorium itu
dilengkapi dengan berbagai alat yang dipergunakan dalam melakukan kegiatan yang
ada, sehingga tercapai hasil yang diinginkan dalam kegiatannya.
Mallawa
adalah sebuah lembah subur sebagai wilayah pertanian yang dikelilingi hutan
lindung milik Departemen Kehutanan. Di lembah itu terdapatlokasi pertambangan
batu bara, bahkan jika dibutuhkan tambang batu gunung pun dapat dibuka di
wilayah itu. Selain gejala-gejala alam fisis seperti itu, wilayah lembah
Mallawa telah dijadikan lokasi pemukiman sejak lama, sehingga masyarakatnya pun
telah berkembang dan beranak cucu. Jadi masalah yang dapat diamati juga sangat
kompleks dari masalah soaial hingga masalah fisis.
Dengan
banyaknya masalah yang dapat dilihat di lembah Mallawa ini, maka timbul
keinginan untuk mempelajari atau dimanfaatkan baik dalam pembelajaran maupun
dalam memahami keadaan daerah Mallawa itu sendiri. Masalah-masalah yang timbul
diantaranya masalah fisis dan social.
Adapun
yang ingin diteliti dalam kegiatan praktek berikut ini adalah dikhususkan pada
masalah fisis saja, maka penelitian yang dilakukan difokuskan hanya pada
gejala-gejala fisis yang berada di daerah Mallawa. Meskipun hanya gejala fisis
yang kita amati di sana ,
tetapi secara tidak langsung, gejala social budayanya juga telah kita pelajari
sebagian kecil. Dan untuk menelitih gejala fisis saja, bukan berarti gejala
yang lain diabaikan.
B. Shooting
dan Plooting
Shooting
(menembak) dilakukan dengan menggunakan kompas biasa dilakukan oleh
masing-masing kelompok tepatsesuai dengan jadwal kegiatan yang telah disusun.
Shooting ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi si penembak berada di peta
dengan menentukan titik pasti yang ingin dibetulkan. Kemudian setelah itu
dengan mengunakan kompas mmenentukan besarnya azimuth setiap titik pasti.
Sedangkan plotting adalah menentukan titik p-nya plooting tersebut di maksudkan
untuk mengetahui dipendidikan dalam peta. Berikut adalah data shooting dan
plooting di lokasi praktek lapangan.
NO
|
SHOOTING
|
T. PASTI
|
AZIMUT
|
KETERANGAN
|
1.
2.
|
P1
P2
|
1
2
3
1
2
3
|
N 200 E
N 310 E
N 25 E
N 22O E
N 310 E
N 10 E
|
B. Lekke
B. Malempong
B. Samaenre
B. Lekke
B. Malempong
B. Samaenre
|
C. Pembahasan
Gejala-Gejala di Lokasi
Pada pembahasan ini akan
di gambarkan gejala-gejala yang ditemukan di lapangan hasil observasi
berdasarkan penampakan yang ada. Kenampakan ini dikelompokkan berdasarkan
lokasi.
1. KAJIAN BATUAN
Lokasi
pertama dalam observasi ini adalah sungai samaenre yang terdapat di desa
Samaenre, di lembah Mallawa yang jaraknya kira-kira satu km dari perkampungan.
Beberapa gejala yang menjadi obyek pengamatan yang terdapat di sungai ini
adalah :
§
Batuan
Bolder
Di sebelah
kanan sungai tersebut terdapat batu bolder. Batu bolder adalah bongkahan batu
yang ukurannya besar dan kemudian karena adanya aliran sungai yang deras
sehingga batuan tersebut berguling akibatnya batuan tersebut terpecah sehingga
bentuknya pun berubah menjadi bentuk pecahan yang tajam dan bersudut-sudut
menjadi bulat-bulat tumpul. Bongkahan tersebut terus mengguling kea rah hilir
dan bersamaan denagn itu bertumpukan dan berpecah-pecah menjadi bolder-bolder
yang ukurannya menjadi kecil.
Proses
selanjutnya bolder-bolder itu pun pecah hingga lama-kelamaan jika memungkinkan
akan menjadi endapan yang dialihkan ke laut. Diperhatikan proses terbentuknya
bolder itu ternyata jenis batuan asalnya tidak turut menentukan. Fenomena ini
juga terjadi di lembah sungai Mallawa, dimana batuan asal penyusun bolder itu
ada yang terbentuk dan yang mendominasi adalah andesit.
§
Batu
Gamping
Disebelah
kanan sungai tersbut juga terdapat batu gamping. Menurut teori batu gamping
tersebut terbentuk di dasar laut dan kemudian mengalami pengangkatan. Batu gamping
adalah jenis batu endapan yang dibentuk oleh batuan yang telah ada sebelumnya
oleh tenaga eksogen yaitu pelapukan pengikisan oleh air, pengikisan angin dan
kemudian diendepkan di tempat yang rendah mislnya dasar laut, samudra atau pun
di dasar danau. Endapan ini merupakan batuan yang lunak tetapi karena adanya
proses diagnosis yaitu penekanan pada endepan yang disebabkan oleh lapisan atas
endepan, maka sediment yang lunak ini menjadi keras. Proses diagnesis ini
terjadi karena adanya tekanan lapisan lapisan atas.
§
Konglomerat
Konglomerat
adalah jenis batuan yang terjadi karena adanya endepan dan terbentuk secara
mekanik. Batu konglomerat terdiri dari bagian-bagian rekatan yang terbentuk
krena aliran sungai.
§
Mata
air panas yang berdampingan dengan mata air dingin
Jika kita
telusuri sumber air panas dan sumber air dingin yang berdampingan tersebut,
maka kita akan menemukan letak perbedaannya.
Sumber mata
air panas terjadi karena adanya air tanah yang mengalir dan melalui batuan yang
bersinggungan dengan intruksi magma yang memanasi batuan tersebut dan batuan
ini pada salah satu perlapisannya merupakan lapisan aquiver (kedap air)
sehingga airnya tidak merembes. Tetapi karena terjadi patahan pada batuan
konglomerat, maka akibat patahan tersebut mengalirkan air panas itu karena
menempuh perjalanan yang panjang mengakibatkan derajat pada air tersebut hanya
dirasakan hangat-hangat kuku. Sedangkan sumber air dingin berasal dari daerah
persawahan penduduk yang mengalir ke sungai tersebut.
2. CEKUNGAN (DOLINA)
Lokasi
kedua dalam observasi tidak jauh dari lokasi pertama kira-kira 500 km dari
lokasi pertama. Gejalah yang diamati pada lokasi ke dua terdapatnya beberapa
cekungan (dolina) di daerah tersebut.yang menurut teori cekungan tersebut
terbentuk karena daerah tersebut adalahg daerah karst.
Sebaran
dolina di daerah Mallawa tersebut sangat banyak karena jika dilihat dari
daerahnya didominasi oleh daerah karst sehingga wajar lokasi mallawa terdapat
banyak sebaran dolina. Namun untuk mencari hal tersebut tidak mudah karena
sebagian daerahnya tertutupi semak-semak sehingga untuk menenemukan sebaran
dolina tersebut harus melewati semak-semak yang lebat tersebut.
Dolina
pada daerah karst terbentuk oleh pengikisan air hujan. Walaupun daerah karst
merupakan daerah yang kedap air. Namun mempunyai diaklas-diaklas atau semacam
pori-pori karst pada musim penghujan diaklas-diaklas tersebut terisi leh air
hujan yang menyebabkan batu kapur tersebut menjadi rapuh oleh kandungan co2 air
hujan. Proses pengikisan yang berlangsung terus menerus membentuk rongga di
bawah tanah. Setelah rongga tersebut sudah tidak mampu menahan beban yang ada
di atasnya maka terjadillah runtuhan yang merupakan awal terbentuknya dolina.
3. BATUAN SINGKAPAN (SINGKAPAN BATUAN)
Lokasi
ini terletak di sebelah selatan desa Samaenre pada lokasi ini terdapat gejala
geologi dimana terdapat fenomena batu yang tersingkap. Formasi batuan itu
adalah batuan pasir, batuan serpih, dan batu sabak yang jika dilihat dari asal
terbentuknya mempunyai fasies yang berbeda. Dimana terdapat batu pasir
berfasies laut dangkal dan batu serpih berfasies laut dalam. Batu pasir
terbentuk dari sedimen yanf terendap di laut dangkal sedangkan batu serpih
merupakan endepan dari sedimen berupa danau yang terendap di laut dalam.
Adanya
fakta dimana batu pasir dan batu serpih berada pada tempat yang sama memberikan
gambaran bahwa pada masa lampau terjadi pengangkatan berkali-kali kemudian
setelah itu terjadi kembali denudasi teori yang relefan dengan teori tersebut
ialah pada laut dalam yang terendapi oleh lempung terjadi tekanan sehingga
kompakmen jadi batu serpih. Batu serpih yang sudah sempurna mengalami kompaksi
akan menjadi batuan sabak. Setelah laut terendapi terus menerus terjadi
pengangkatan sehingga berubah menjadi laut dangkal. Ketika menjadi laut dangkal
tersebut terendapi oleh sediment pembentuk batu pasir yang mengalami tekanan
yang akhirnya kompak. Demikianlah proses tersebut berlangsung secara
berulang-ulang dalam jangka waktu yang sangat lama.
Struktur
batuan serpih dan batu sabak yang lapisannya tebal tipis menggambarkan keadaan
iklim pada masanya lapisan yang tebal memberikan gambaran bahwa pada masa itu
terjadi musim penghujan yang membawah endapan-endapan yang banyak ke laut
sehingga lapisannya pun menjadi tebal kemudian lapisan yang tipis merupakan
gambaran bahwa pada dasarnya tersebut merupakan musim kemarau yang kering
sehingga endapan yang dibawah ke laut sedikit.
4. BATU BARA DESA TELLUMPANUAE
Pada
lokasi ini gejala yang diamati adalah batu bara. Batu bara ini terdapat di
wilayah desa Tellumpanuae sebelah selatan kantor desa. Batu bara yang kita amti
adalah batu bara yang tersingkap pada suatu terbing atau dinding sungai yang
lokasi tersebut terlihat jelas bahwa batu bara tersebut masih tergolong mudah
atau dalam istilah geologi di sebut lignik. Pelapisan batu bara tersebut
teradiri atas tanah liat lempung batu bara lempung untuk lebih jelasnya lihat
table di bawah ini.
Tanah
liat
|
Endapan
lempung
|
Lapisan batu
bara
|
Endapan
lempung
|
Lapisan batu
bara
|
Endapan
lempung
|
Lapisan batu
bara
|
Batu bara
terbentuk sebagai hasil sedimentasi dari tumbuh-tumbuhan. Yang diakibatkan oleh
diagnesa dan metamorfosa setelah tumbuh-tumbuhan tersebut mati dan bersianaerop
maka proses penghancuran tidak sempat memainkan perannya yang akan merusak
sisa-sisa tumbuhan tadi oleh endapan seperti lempung Lumpur dan pasir.
Sepanjang
sejarah geologi yang berlangsung beratus-ratus juta tahun, maka bahan-bahan
yang tertimbun itu mengalami perubahan hebat dimana karena tekanan yang berbeda
begitu pula dengan suhu yang tinggi sehingga proses pengeluaran zat-zat yang
secara berangsur-ansur akan kehilangan prosentase zat hidrigen oksigennya
sehingga menampakkan karbonnya relative akan bertambah.
Jadi yang
penting dalam proses pembentukkan batu bara ini adalah penambahan karbon
relative. Dengan demikian dalam jangka waktu yang lama timbunan tanaman yang
telah mati mula-mula akan berubah menjadi gambut kemudian menjadi batu bara
yang mudah mendapat tekanan dan temperature yang tinggi maka akan terbentuk
batu bara yang tua dan akhirnya akan menjadi granik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar