Minggu, 25 Maret 2012

Geografi Regional


SEJARAH PERKEMBANGAN GEOGRAFI REGIONAL
1. Munculnya Geografi Regional
Dualisme paradigma geografi masih tetap berlangsung. Fisis determinis, posibelis
dan probabilis dalam geografi masih berlaku. Karena memang dominasi alam atau
manusiakah di suatu tempat , sangat relatif. Pada tempat tertentu alam masih
mendominasi kehidupan manusia, dan di tempat lain manusia sudah mampu
memodifikasi alam melalui teknologinya. Pada batas-batas tertentu pula, dimana ada
gejala alam yang belum dapat dikuasai oleh teknologi manusia. Sehingga dominasi
keduanya jadi sangat relatif tergantung pada ruang dan waktu.
Dualisme lain yang muncul dalam geografi adalah masalah metode yang diterapkan dalam geografi fisikal dan manusia. Ada para ahli yang masih membuat batas yang jelas antara ruang lingkup geografi fisikal dan manusia. Mereka beranggapan bahwa
metode induktif untuk memperoleh kesimpulan umum dalam geografi fisikal tidak cocok diterapkan dalam geografi manusia. Generalisasi dalam kelompok manusia dibatasi oleh ruang dan waktu serta bersifat sangat dinamis. Probabilitas atau kebolehjadian adalah suatu kemungkinan besar dalam menelaah manusia daripada suatu kepastian. Dalam geografi fisikal, unsur kepastian mungkin dapat berlaku dalam setiap fenomena. Karena sifatnya yang relatif tepat bila dibandingkan dengan manusia.
Para ahli geografi mutahir , banyak yang berpendapat bahwa problem solving
yaitu orientasi utama pada pemecahan masalah merupakan cara yang terbaik, di mana
didalamnya tidak lagi memilahkan antara aspek fisikal dengan manusia.
Bernard Varenius (1622-1650) yang bukunya berjudul Geographia Generalis
dipublikasikan di Amsterdam pada tahun 1650 merupakan ahli pertama yang
mengusulkan perbedaan mendasar dari sifat geografi manusia dan geografi fisikal.
Geographia Generalis terdiri dari 3 bagian :
1. bagian yang absolut atau terrestial, yang menggambarkan bentuk dan luas dari bumi,
geografi fisik dan benua, lautan dan atmosfer;
2. bagian yang relatif atau kosmik yang menyelusuri tentang hubungan antara bumi

                                 dengan benda langit, terutama matahari yang berpengaruh kepada iklim dunia;

                             3. bagian komparatif yang membahas tentang lokasi dari tempat-tempat yang berbeda
dalam hubungannya satu sama lain dari prinsip-prinsip navigasi.
Varenius mengemukakan tenang geografi spesial, yaitu yang mendeskripsikan
tempat-tempat tertentu yang didasarkan atas :
1. kondisi celestial yaitu iklim dan zone iklim;
2. kondisi terestial dengan deskripsi tentang relief, vegetasi dan fauna;
3. kondisi manusai termasuk perdagangannya, pemukiman dan bentuk pemerintahan
dari setiap negara.
Ada 2 kontribusi utama dari Varenius berkenaan dengan perkembangan geografi,
salah satunya adalah membagi geografi atas geografi generalis dan geografi spesialis,
atau geografi sistematis dan geografi regional. Geografia Generalis membahas bumi
sebagai unit-unit fisikal yang ditelusuri melalui dalil-dalil ilmu alamiah. Geografi
spesialis terutama mendeskripsikan negara-negara dam region-region dunia yang sulit
ditentukan menurut dalil atau teori alam. Preston James (1972) menunjukkan bahwa
bagian dari general (sistematik) dan spesial (region) dari Varenius saling melengkapi satu
sama lain, dan Varenius melihat bahwa geografi spesialis dan general merupakan saling
tergantung satu sama lain. Sejak saat itulah istilah geografi regional banyak dipergunakan
oleh para ahli dalam mendeskripsikan keadaan alam dan kehidupan manusia di suatu
tempat.
2. Faham Geografi Regional di Perancis
Paul Vidal de La Blache (1848-1919) dianggap sebagai peletak geografi modern
Perancis. Ia melihat kelemahan faham fisis determinis lingkungan karena adanya faktor
yang dominan yaitu lingkungan alam terhadap faktor manusia.
Ia berpendapat kurang cocoknya menangani hubungan ini melalui jalur sistematik
untuk mendapatkan dalil tentang hubungan timbal balik antara manusia dengan alam.
Menurut Vidal de la Blache, tidaklah masuk akal menarik garis pemisah antara
gejala alam dan gejala budaya, keduanya harus dianggap satu unit yang tidak dipisahkan.
Di suatu wilayah pemukiman, alam berubah dengan jelas karena keberadaan manusia dan
perubahan makin besar jika budaya material masyarakatnya tinggi.

                             Kehidupan binatang dan tumbuhan liar berubah di segala penjuru dunia. Misalnya
di Perancis binatang dan tumbuhan liar yang ada sekarang jauh berbeda dari beberapa
abad yang lalu, sebagai akibat semakin berkembangnya aktivitas manusia.
Semakin tidak mungkin mempelajari landscape alami terpisah dari landscape
budaya. Setiap masyarakat akan menyesuaikan dirinya dengan kondisi lingkungan
dengan caranya sendiri. Berbekal pengalaman dan kemampuan belajar, manusia
senantiasa menyesuaikan diri dengan alam. Modifikasi alam merupakan cerminan
perkembangan manusia selama berabad-abad. Setiap masyarakat sekecil apapun
anggotanya memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dan tidak bisa ditemukan di
tempat lain, bahkan di tempat-tempat yang kondisi alamnya sama seringkali adaptasi
mereka berbeda. Sehingga hubungan itu begitu erat sehingga sulit dipisahkan pengaruh
alam terhadap manusia, dan pengaruh manusia terhadap alam. Keduanya saling melebur
(bercampur).
Dalam wilayah yang terjadi jalinan erat antara manusia dan alamnya yang
berlangsung selama berabad-abad membentuk sebuah region. Studi region demikian
merupakan tugas geografi, karenanya Vidal menyarankan bahwa geografi regional
merupakan inti dari bidang studi geografi.
Di atas telah dijelaskan bahwa Vidal de la Blache adalah pendiri geografi
regional, ia pula memberikan petunjuk tentang metode yang dipergunakan dalam studi
regional. Walaupun petunjuk dan saran ini banyak yang diabaikan oleh ahli geografi
Inggris. Di Jerman dan Perancis sampai sekarang, geografi regional dianggap sebagai inti
geografi, kontribusi geografi terhadap pengembangan wilayah sangat besar.
3. Faham Geografi Regional di Jerman
Dalam aliran Jerman sudah lama ada kebiasaan untuk mengklasifikasikan dan
mensistematisasikan metode dan pendekatan geografi. Seperti yang dilakukan oleh
Fochler-Haube dalam bukunya Geographie (1959) meninjau kembali beberapa
pendekatan geografi regional.
Land dan landscaft dalam Bahasa Jerman diterjemahkan menjadi region, tetapi
land adalah unit yang pasti batas administrasinya. Seperti daerah atau negara yang

                             didefinisikan oleh batas-batas administrasi yang pasti dan jelas.



                             Sering-seringlah kunjungi Blog kami beritageografi.blogspot.com
                             untuk seputar referensi ilmu geografi


Rabu, 21 Maret 2012

Penggunaan Peta dan Kartografi Tematik


A.    GAMBARAN UMUM Kota Malino
Malino merupakan kota puncak yang berada kecamatan tinggi Moncong Kabupaten Gowa dan merupakan pusat pemerintahan dari kecamatan tinggi Moncong. Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan dari 16 kecamatan yang ada di kabupaten Gowa dengan batas-batas administratif yaitu:
Utara   : Kabupaten Maros
Timur   : Kecamatan Tompo bulu dan Kabupaten Bulukumba
Selatan : Kecamatan Bonto Lembangan dan Bungaya
Barat    : Kecamatan Parang Loe dan Manuju
Secara geografis Kabupaten tinggi moncong berada pada lintang 5º11’00’’ LS sampai 5º20’25” LS dan 119º44’57” BT sampai 119º57’04” BT. Daerah ini memiliki ketinggian 50 meter sampai 2600 meter dpl.
Penggunaan Lahan di Kabupaten ini kebanyakan terdiri dari Hutan, tegalan, belukar, dan sebagian kecilnya adalah persawahan dan perkebunan, ada dua sungai besar yang mengalir di kabupaten ini yaitu sungai Malino dan sungai Jeneberang hulu yang kemudian menyatu dalam satu alur dalam sungai Jeneberang.
Kecamatan Tinggi Moncong merupakan daerah objek wisata yang cukup diminati oleh wisatawan karena memiliki keindahan alam yang menarik misalnya saja hutan pinus, air terjung Takapala serta perkebunan teh, selain itu perkebunan sayur-sayuran dan pertambangan pasir merupakan obset pendapatan bagi daerah ini.


1.      Tahap Interpretasi
Pada tahap ini, interpretasi dilakukan pada citra foto udara kota malino yaitu nomor  091, 092 dan 093 tahun 1993. ketiga citra foto udara tersebut ditampalkan atau disambung terlebih dahulu apabila ada kenampakan yang sama diantara ketiganya, kemudian dilakukan interpretasi dengan mendeliniasi atau  memozaik pada plastik transparan yang di telah disimpan as di atas dari citra foto udara kota malino tersebut. Hasil interpretasi ini di beri kode dan simbol serta warna yang berbeda untuk membedakan setiap kenampakan objek kemudian disimpulkan dari menganalisis beberapa unsur-unsur yang terkait dari interpretasi citra misalnya: Rona, warna, tekstur, ukuran, bentuk, pola, asosiasi, bayangan dan tinggi. Selain itu kesimpulan ini bisa juga di ambil dari hasil studi literatur seperti pembacaan peta RBI bakosultanal lembar malino dan malakaji serta peta penggunaan lahan kota malino .
Adapun Hasil interpretasi sementara citra foto udara kota Malino dan daerah sekitarnya yaitu sebagai berikut:



Tabel 2. Hasil Interpretasi sementara Kota Malino dan daerah sekitarnya
Hasil interpretasi Citra foto udara Malino, 30 April 2008

Sambungan tabel 2. Hasil Interpretasi sementara Kota Malino dan daerah sekitarnya
2.      Uji Medan (ground ceck)
Pada tahap ini yang dilakukan adalah menentukan lokasi dilapangan yang mudah dikenali pada citra foto udara misalnya penggunaan lahan, jalur jalan, sungai, lapangan dan sebagainya. Adapun lokasi lokasi tempat survei dan uji medan yaitu PT. Pabrik jamur Malino, Hutan Pinus, Lapangan Prayuda dan Pasar Sentral Malino dan dijelaskan pada pakok bahasan analisis praktek lapang.
Mencatat keadaan yang nyata tampak dilapangan sesuai dengan lokasi yang telah ditentukan misalnya jenis penggunaan lahannya, koordinat lokasi, ketinggian, batasan-batasan lokasi, serta foto-foto lokasi tersebut.
Melakukan perbandingan pada kondisi lapangan dengan peta penggunaan lahan sementara untuk mengunji kebenaran hasil interpretasi serta untuk mengetahui kenampakan objek yang sebenarnya pada citra.
3.      Interpretasi Ulang
Melakukan interpretasi ulang dari peta penggunaan lahan sementara dari kota Malino dan sekitranya sesuai dengan hasil pengujian medan mengenai kenampakan objek sebenarnya di lapangan.
4.      Penyelesaian
Tahap ini merupakan tahapan terakhir, pada tahap ini berupa penyajian hasil ulasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan (laporan) dan peta penggunaan lahan kota Malino dan sekitarnya seperti pada pokok bahasan peta Hasil.

ANALISA 
Adapun yang menjadi lokasi untuk pengujian medan  adalah daerah yang tampak dan muda dikenali pada citra foto udara kota malino, demi memastikan kebenaran dari hasil interperetasi dan memperjelas kenampakan penggunaan lahan sebenarnya pada citra foto udara kota malino:
Lokasi yang menjadi pengujian medan (ground ceck) untuk memastikan kebenaran hasil interpretasi yaitu:
1.      PT Usaha Jamur Malino
Lokasi pertama yang tempat survei adalah Pabrik PT. Usaha Jamur Malino yang terletak di Pangngajian desa Parigi yang jaraknya dari kota Makassar kira – kira 65 km, dan jaraknya 7 km dari kota Malino. Berdasarkan letak astronomisnya lokasi ini berada pada lintang  5©º162,4’’  LS dan bujur 119º4947,2’’ BT dengan ketinggian 820 meter dpl. dimana pada hasil interpretasi sebelumnya sudah sesuai dengan yang ada di lapangan walaupun sebelumnya belum dipastikan pada kesimpulan bahwa lokasi ini adalah pabrik jamur.
Selain itu dari interpretasi langsung di lapangan tampak adanya perubahan bentuk penggunaan lahan disekitar lokasi ini misalnya:
a)      Pada citra foto udara tampak lahan kosong di bagian utara dan timur pabrik, tetapi setelah dilakukan interpretasi langsung di lapangan tampak bahwa lahan kosong tersebut telah diolah oleh pihak perusahaan menjadi area persawahan atau pengembangan jamur.
b)      Pabrik jamur mempunyai pola yang teratur dengan bentuk segi empat, pada citra foto tampak atap pabrik ada dua namun setelah disurvei atap pabrik tersebut telah disatukan.pabrik.
Selain perubahan ini adapun penggunaan lahan di sekitar lokasi ini adalah yaitu:
a)      Dibagian utara setelah lahan pengembangan jamur merupakan belukar bercampur pohon pinus berpohon jarang yang dari interpretasi sebelumnya merupahan hutan heterogen bervegetasi jarang.
b)      Sebelah selatan setelah jalan merupakan hutan bervegetasi rapat dan merupakan daerah yang berlereng curam dan dibagian lembah merupakan sungai jeneberang dengan endapan pasir yang terdapat pada bantaran sungainya.
c)      Sebelah timur-timur laut dari lokasimerupakan hutan pinus bervegetasi rapat.
d)     Sebelah barat merupakan belukar bercampur pohon pinus berpohon jarang 
2.      Hutan Pinus
Hutan pinus yang menjadi tempat survei kedua yaitu berada pada lintang 5º150,0’’  LS dan bujur 119º5045,5’’ BT ketinggian 976 meter dpl. dari hasil interpreasi lokasi ini diidentifikasi sebagai hutan homogen bervegetasi rapat dengan bentuk Bagian tajuk meruncing dan berbentuk titik-titik, warna hitam sampai keabu-abuan, pola yang tidak teratur, tekstur yang kasar dan asosiasi belukar.
Adapun penggunaan lahan disekitar lokasi ini yaitu pada bagian utara dari kejauhan terlihat persawahan terrasering yang dari hasil interpretasi memilliki rona abu-abu, pola teratur, bentuk melengkung setengah lingkaran, tekstur agak kasar, situs daerah miring dan asosiasi pematan sawah.
3.      Lapangan Prayuda
Pada lokasi ketiga yang kami survey adalah lapangan prayuda yang berada di kota Malino. Lokasi ini terletak pada lintang 5º15 2’’ LS dan bujur 119º514,0’’BT dengan ketinggian 950 meter dpl.. Hasil interpretasi sebelumnya dengan melihat unsur interpretasi sudah sesuai dengan yang ada di lapangan dimana ronanya adalah putih kelabuh, bentuk persgi empat panjang, tidak mempunyai bayangan, teksturnya halus, polanya teratur, situsnya jalan, dan asosiasinya berupa pemukiman.
Lapangan prayuda ini terletak di tengah kota Malino dan seperti yang telah diidentifikasi pada citra foto udara sebelumnya bahwa lapangan prayuda ini terletak di tengah-tengah dengan asosiasi permukiman disekitarnya.
4.      Pasar Sentral Malino
Lokasi yang keempat merupakan pasar sentral Malino yang berada pada lintang 5º1439,2’’ LS dan bujur 119º5152,3’’ BT dengan ketinggian 1140 meter dpl. lokasi ini terlihat dari citra foto udara dengan bentuk bersegi segi empat, teratur, berona putih terang dan berasosiasi dengan jalan, dari kesimpulan sebelumnya lokasi ini diinterpretasi sebagai permukiman tetapi setelah dilakukakn cek lapangan lokasi ini merupakan pasar sentral.
Adapun penggunaan lahan dari hasil interpretasi disekitar lokasi yaitu
a)      Pada bagian depan pasar tepatnya sepanjang jalan merupakan permukiman
b)      Bagian belakang dari pasar merupakan hutan pinus bervegetasi rapat.






Penginderaan Jauh


PENGINDERAAN JAUH

A.    INTERPRETASI CITRA PENGINDERAAN JAUH
Interpretasi citra merupakan perbuatan menkaji foto udara da atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut.
Di dalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra dan berupaya melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti pentingnya objek yang tergambar pada citra dan menterjemahkan nya ke dalam disiplin ilmu tertentu geologi, geografi, ekologi, dan disiplin ilmu lainnya
Lo (1976) mengemukakan bahwa pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari dua tingkat, yaitu tingkat pertama yang berupa pengenalan objek melalui proses deteksi dan identifikasi, dan tingkat kedua yang berupa penilaian atas pentingnnya objek dan kaitannya dengan objek itu. Tingkat pertama berarti perolehan data, sedangkan tingkat kedua berupa interpretasi atau analisis data . Di dalam upaya otomatis, hanya tingkat pertamalah yang dapat dikomputerkan. Tingat kedua harus dilakukan oleh orang yang berbekal ilmu pengetahuan cukup memadai pada disiplin tertentu.

B.     SISTEM PENGINDERAAN JAUH
Sistem adalah serangkaian objek atau komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama secara terkoordinasi untuk melaksanankan tujuan tertentu.
Sistem penginderaan jauh ialah serangkaian komponen yang digunakan untuk penginderaan jauh. Rangkaian komponen itu berupa tenaga, objek, sensor, data dan penggunaan  data
Komponen dan interaksi antara komponen dalam sistem penginderaan jauh dapat dilihat sebagai berikut:


Gambar 1. Sistem penginderaan jauh

1.      Sumber Tenaga
Dalam penginderaan jauhharus ada sumber tenaga, baik sumber tenaga alamiah maupun sumber tenaga buatan. Tenaga ini mengenai objek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke sensor. Ia juga dapat berupa tenaga dari objek yang dipancarkan ke sensor.
Jumlah tenaga yang mencapai bumi dipengaruhi oleh waktu (jam, musim, lokasi dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlahnya pada pagi atau sore hari. Kedudukan matahari terhadap tempat di bumi berubah sesuai dengan perubahan musim. Pada musim di saat matahari berada tegak lurus di atas suatu tempat, jumlah tenaga yang diterima lebih besar bila dibandingkan dengan pada musim laindi saat matahari kedudukannya condong terhadap tempat itu.    

2.      Atmosfer
Atmosfer membatasi bagian spektrum elektromagnetik yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh. Pengaruh atmosfer merupakan fungsi panjang gelombang. Pengaruhnya bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Karena pengaruhnya yang selektif inilah maka timbul istilah jendela atmosfer yaitu bagian dari spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi.
3.      Interaksi antara Tenaga dan Objek
Tiap objek mempunyai karakteristik tertentu dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Pengenalan objek pada dasrnya dilakukan dengan menyidik (tracing) karakteristik spektral objek yang tergambar pada citra. Objek yang banyak memantulkan/memancarkan tenaga akan tampak cerah pada citra sedang objek yang pantulannya/pancarannya sedikit tampak gelap.   
4.      Sensor
Tenaga yang datang dari objek dipermukaan bumi diteriman dan direka oleh sensor. Tiap sensor mempunyai kepekaan terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kemampuan sensor untuk menyajikan gambaran objek terkecil ini disebut resolusi spasial. Resolusi spasial ini merupakan petunjuk bagi kualitas sensor. Berdasarkan Proses perekamannya sensor dibedakan atas sensor fotografik dan sensor elektronik
5.      Perolehan Data
Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan interpretasi secara visual, dan dapat pula dilakukan dengan cara numerik atau cara digital yaitu dengan menggunakan komputer. Foto udara pada umumnya diinterpretasi secara manual, sedang data hasil penginderaan secara elektronik dapat diinterpretasi secara manual maupun secara numerik

6.      Penggunaan Data
Keberhasilan aplikasi penginderaan jauh terletak pada dapat diterima atau tidaknya hasil penginderaan jauh itu oleh para pengguna data. Jadi, pengguna data merupakan komponen yang penting dalam sistem penginderaan jauh. Kerincian, keandalan dan kesesuaiannya terhadap kebutuhan pengguna sangat menentukan diterimanya data penginderaan jauh oleh para pengguna.

A.    JENIS CITRA
Pada dasarnya citra dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu: citra foto (photographic image) atau citra foto udara dan citra non foto (non photographic image). Kedua jenis citra ini yang akan dibahas, bea antara citra foto udara dengan citra non foto dapat disajikan pada tabel berikut

 Tabel 1. Perbedaan Citra Foto udara dengan citra non foto
Sumber: Linllesant dan Kiefer, 1979


1.      Citra Foto Udara
Citra foto udara adalah citra yang dibuat dari pesawat udara atau flatform lainnya dengan kamera sebagai sensornya dan dengan menggunakan bagian sfektrum tampak mata serta perluasannya (ultra violet dekat dan infra merah dekat)
Citra foto udara dibedakan atas: (a) Spektrum elektromagnetik yang digunakan , (b) Sumbu kamera, (c) sudut padang kamera, (d) jenis kamera, (e) warna yang digunakan, dan (f) sistem wahana dan penginderaannya.
2.      Citra Non Foto
Citra non foto adalah citra yang sensornya bukan kamera dan penginderaaanya terutamam menggunakan spektrum tak tampak mata. Citra non foto dibedakan berdasarkan atas: (a) Spektrum elektromagnetik yang digunakan, (b) sensor yang digunakan, dan (c) wahana yang digunakan.

A.    TEKNIK INTERPRETASI CITRA
Teknik interpretasi citra dimaksudkan sebagai alat atau cara untuk melaksanakan metode penginderaan jauh. Di dalam melaksanakan pekerjaan ini penafsir menggunakan berbagai data yang berasal dari luar citra dengan maksud untuk lebih memudahkan interpretasi.
Teknik interpetasi citra ini akan dibincangkan cara-cara interpretasi citra yang lebih menguntungkan atau lebih baik. Istilah menguntungkan dimaksudkan dalam segi kemudahaan pelaksanaan interpretasi, lebih akurat hasil interpretasinya, atau lebih banyak informasi yang dapat dipeoleh. Cara-cara tersebut dilakukan dengan:
1.      Data Acuan/Data Bantu
Data acuan dapat berupa pustaka, pengukuran, analisis laboratorium, peta, kerja lapangan, foto terestrial maupun foto udara selain citra yang digunakan. Ia dapat pula berupa berupa tabel statistik, tentang meteorologi atau tentang penggunaan lahan yang dikumpulkan oleh perorangan maupun oleh pemeintah. Penggunaan data acuan atau meningkatkan ketelitian hasil interpretasi yang dapat memperjelas lingkup, tujuan, dan masalah sehubungan dengan proyek tertentu.
Data bantu sering menolong pelaksanaan interpretasi citra: seperti pada citra nampak adanya sawah yang ditanami padi atau gandum. Kedua jenis tanman itu sulit dibedakan sama lain dengan adanya data bantu yang menjelaskan daerah yang besangkutan terletak di mana dan kebiasaaan penduduk setempat yang  biasa menanan gandum atau padi, maka dapatlah jenis tanaman tersebut dikenal lewat citra foto udara.
2.      Kunci Interpretasi Citra
Kunci interpretasi citra pada umumnya berupa potongan citra yang telah diinterpretasi serta diyakini kebenarannya, dan diberi keterangan seperlunya. Keterangan ini meliputi jenis objek yang digambarkan, unsur interpretasinya dan keterangan tentang citra yang menyangkut jenis, skala, saat perekaman, dan lokasi daerahnya. Kunci interpretasi citra dimaksudkan sebagai pedoman dalam melaksanakan interpretasi citra. Ia dapat berupa kunci interpretasi citra secara individual maupun berupa kumpulannya. Kunci Interpretasi citra dibedakan atas dasar lingkupnya an atas dasra lainnya.  
a.       Atas Dasar lingkupnya
Berdasarkan lingkupnya, kunci interpretasi citra dibedakan atas empat jenis yaitu:
1)      Kunci individual (item key), yaitu kunci interpretasi citrayang digunakan untuk objek yang kondisi individualnya. Sebagai contoh, misalnya kunci interpretasi untuk tanaman karet.
2)      Kunci subjek (subject key), yaitu himpunan kunci individual yang digunakan untuk identifikasi objek-objek atau kodisi penting dalam suatu subjek atau kategori tertentu.
3)      Kunci regional (regional key), yaitu himpunan kunci individual atau kunci subjek atau identifikasi objek-objek atau kondisi suatu wilayah tertentu
4)      Kunci analog (analogoues key), ialah kunci subjek atau kunci subjek atau kunci regional untuk daerah yang terjangkau secara teristrial. Tetapi dipersiapkan untuk daerah lain yang dapat terjangkausecara teristrial.
b.      Atas Dasar Lainnya
Berdasarkan karakter intiristik ini maka kunci interpretasi citra dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1)      Kunci langsung, (direct key) yang disiapkan utuk objek atau kondisi yang tampak langsung pada citra, seperti misalnya bentuk lahan dan pola aliran permukaan
2)      Kunci asosiasi (Asosciative key), ialah kunci interpretasi citra yang terutama digunakan untuk deduksi informasi yang tidak tampak langsung pada citra sebaliknya digunakan untuk deduksi informasi
3.      Penanganan Data
Cara sederhana untuk mengatur citra dengan baik adalah: (1) menyusun citra tiap satuan perekaman atau pemotretan secara numerik dan mnghadap ke atas, (2) mengurutkan tumpukan citra dengan urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan meletakkan ketas kertas-kertas penyekat diantaranya, (3) melekatkan tumpukan citra sedemikian sehingga jalur terbang membentang dari kiri kekanan terhadap arah pengamatan sedapat mungkin dengan arah bayangan mengarah ke pengamatan, (4) melekatkan citra yang akan digunakan sebagai pembanding disebelah menyebelah yang akan diinterpretasi, dan (5) pada saat citra dikaji, tumpuklah menghadap kebawah dalam urutannya.
Banyaknya citra yang akan diinterpretasi secara bersamaan untuk memaksimalkan hasil interpretasi. Dengan demikian banyak citra yang diamati oleh penafsir, penafsir yang berpengalaman belum tetntu memperhatikan cara penaganan datanya karena ia mungkin lebih tertarik menekuni interpretasinya. Hal yang demikian tentu saja tidak menguntungkan untuk kemudahan dalam menyimpang dan mencari datanya. Oleh sebab itu seyogyanya penanganan data dilakukan seperti layaknya menangani arsip penelitian ilmia, lima langkah keatas dapat ditentukan dan atau menurut kelayakan atau kesesuaiannya.
4.      Pengamatan Stereoskopik
Pengamatan streoskopik atas citra foto udarayang bertampalan dapat menimbulkan gambaran tiga dimensional. Pengamatan ini sangat membuat pada pengenalan objek. Lebih dari itu, tiap streopair (straomodel) merupakan model dari medan yang memungkinkan ulasan keruangan dengan nyata.
Hingga kini pengamatan dengan stereoskopis masih terbatas pada citra foto udara, citra radar, citra landsat. Bagi citra inframerah termal an citra lainnya masih belum dapat dikembangkan sebagai suatu teknik yang operasional. Karena pengamatan stereoskopik memerlukan persyaratan yakni adalah daerah bertampalan dan adanya paralaks antara daerah yang bertampalan. Paralaks adalah perubahan letak objek pada citra terhadap titik atau sistem acuan, yang disebabkan oleh perubahan letak titik pengamatan.  
5.      Metode Pengkajian
Pekerjaan interpretasi citra diawali dari penkajian semua detail yang sesuai terhadap tujuan. Sungguhpun demikian senang mengawali dengan menyiam seluruh atau sebagian besar daerah/objek yang dikaji. Kemudian dilakukan seleksi dan kajian terthadap detail yang dikehendaki.
Ada dua macam metod penkajian secara umum, yaitu:
a)      Fishing expedition
Citra foto udara menyajikan  gambar objek dipemukaan bumi. Sebagai akibatnya, penafsiran citra yang kurang berpengalaman sering mengambil data yang lebih banyak dari yang diperlukan. Hal ini disebabkan karena penafsiran mengamati seleruh citra dan mengambil datanya seperti orang mencari ikan di dalam air, yaitu menjelajahi seluruh daerah.
b)      Logical search
Pada metode ini penafsiran citra juga mgamati citra secara menyeluruh tetapi secaca selektif hanya mengambil datanya yang relevan terhadap tujuan interpretasi. Diartikan pula penafsiran citra hanya mengkaji daerah secara selektif. Sebagai contoh eksplorasi deposit minyak bumi hanya dicari didaerah endapan marine, khususnya daerah lipatan.
6.      Penerapan Konsep Multi
Berdasarkan konsep multi yang berkaitan dengan intrepretasi citra foto pada bagian ini dikemukan secara singkat:
a)      Multispektral
Tiga manfaat yang dapat ditarik dari citra multispektral hitam putih, yaitu: (1) meningkatkan kemampuan interpretasi manual karena kurva pantulan tiap objek sering lebih nyata bedanya pada spektrum sempit tertentu, (2) dimungkinkannya pembuatan citra komposit berwarna (color composite) sehingga pengena objek dipermudah, dan (3) dimungkingkannya pengamat dengan menggunakan pengamat warna aditif (color additive viewe) sehingga dapat dilakukan penajaman warna (color enchancement)
b)      Multitingkat
Citra multitingkat yaitu citra yang menggambarkan daerah yang sama, dengan skala yang berbeda. Citra skala kecilmeliputi daerah yang luas, tetapi gambarnya secaca global. Sebaliknya, citra skala besar menyajikan gambaran terperinci tetapi liputannya sempit. Dengan memadukannya maka untuk daerah tertentu dapat dikaji secara terperinci dengan menggunakan skala besar.
Dengan jalan mengkaji pada hubungan gambaran pada citra skala besar dan citra skala kecil di daerah sampel, dapat dilakukan eksplorasi atau generalisasi untuk seluruh daerah. Dengan demikian maka bagi daerah luas akan dapat diperoleh manfaat yang besar, yaitu lebih cepat, lebih murah, dengan ketelitian yang memadai.