Rabu, 21 Maret 2012

GEOLOGI


GEJALA-GEJALA GEOLOGI

A.    Ruang Lingkup Praktikum
Lingkup pokok praktikum adalah mengkaji suatu wilayah tertentu yang akan dijadikan sebagai perbandingan dalam pembelajaran tentang gejala-gejala geologi. Dimana gejala tersebut akan dihubungkan dengan apa yang telah didapatkan di dalam ruangan.
Ilmu Geologi, seperti juga ilmu biologi dan astronomi merupakan bahagian dari pengetahuan alam, ialah pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu tentang benda-benda yang terdapat dalam alam raya. Satu-satunya jalan untuk mengetahui tentang benda-benda itu ialah dengan pertolongan panca indera kita/melihat. Manusia sekarang tidak lagi mencoba menerangkan sesuatu kejadian dengan pertolongan kepercayaan atau hipotesis yang samara-samar, akan tetapi pengetahuan alam itu mempunyai satu tujuan mencari dalil-dalil serta syarat-syarat yang dapat menerangkan jalannya proses-proses alam.
Geologi sebagai pengetahuan alam mempelajari segala gejala-gejala yang terdapat di atas muka bumi dan di dalam bumi. Tak semua gejala geologi dapat kita lakukan prosesnya dalam laboratorium. Proses geologi berlaku dalam laboratorium Universal, ialah alam sendiri. Proses waktu juga yang memainkan pranan penting dalam mempelajari gejala geologi tersebut. Pengetahuan geologi itu bukan pengetahuan yang semata-mata eksak seperti misalnya ilmu fisika.
Pengembangan pokok-pokok bahasan tersebut di atas, dirasakan mantap jika siswa/mahasiswa diajak melihat langsung di lapangan sesuai dengan potensi alam wilayah di mana yang kita kunjungi. Meskipun dalam berbagai hal, banyak sekali kendala yang dapat ditemui dalam pelaksanaan praktek lapang,tetapi tinjauan langsung ke lapangan adalah salah satu cara yang paling tepat untuk mencari kebenaran tentang segala gejala geologi yang ada di muka bumi ini.
B.   Latar Belakang
Telah kita pelajari di dalam ruangan kuliah bahwa geologi adalah pengetahuan bumi yang mempelajari lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi, atau lebih jelas lagi bahwa geologi adalah pengetahuan tentang susunan zat serta bentuk dari bumi. Geologi pun merupakan pengetahuan yang mempelajari sejarah perkembangan dari bumi serta makhluk-makhluk yang pernah hidup di dalam dan di atas bumi.
Dengan berdasarkan hal di atas, maka penelitian yang akan dilakukan dalam praktek adalah tidak lain dan tidak jauh dari pokok-pkok gejala geologi yang ada di daerah tujuan yang akan kita datangi, dalam hal ini yaitu daerah Mallawa. Daerah ini banyak menjanjikan berbagai hal yang dapat kita pelajari untuk kita bawa pulang sebagai bekal pengetahuan yang telah lama ingin kita ketahui secara pasti apalagi jika didukung dengan berbagai kondisi yang memungkinkan di daerah Mallawa, di antaranya kondisi struktur tanah, suhu, dan perlapisan bumi yang ada di sana.
Lembaga Mallawa yang dijadikan sebagai daerah tujuan menjanjikan berbagai peluang, yang menampakkan gejala alam bagi para mahasiswa yang ingin mendalami masalah-masalah fisis di Mallawa. Penelitian di atas dilakukan berkali-kali dalam pengamatan yang telah dilakukan selama bertahun-tahun yang lalu, sewaktu para mahasiswa Geografi juga telah melakukan penelitian di Mallawa. Sehingga hasilnya yang mereka peroleh, mereka telah konsepkan kepada kita sebagai mahasiswa baru yang baru akan melakukan penelitian di lapangan, agar daerah Mallawa dijadikan sebagai Laboratorium umum bagi pembelajaran Geologi mahasiswa Geografi sampai masa-masa yang akan dating.
Suatu praktek dilakukan dalam laboratorium dan yang menjadi laboratoriumnya ituadalah lapangan itu sendiri yang dijadikan objek tujuan. Dimana laboratorium itu dilengkapi dengan berbagai alat yang dipergunakan dalam melakukan kegiatan yang ada, sehingga tercapai hasil yang diinginkan dalam kegiatannya.
Mallawa adalah sebuah lembah subur sebagai wilayah pertanian yang dikelilingi hutan lindung milik Departemen Kehutanan. Di lembah itu terdapatlokasi pertambangan batu bara, bahkan jika dibutuhkan tambang batu gunung pun dapat dibuka di wilayah itu. Selain gejala-gejala alam fisis seperti itu, wilayah lembah Mallawa telah dijadikan lokasi pemukiman sejak lama, sehingga masyarakatnya pun telah berkembang dan beranak cucu. Jadi masalah yang dapat diamati juga sangat kompleks dari masalah soaial hingga masalah fisis.
Dengan banyaknya masalah yang dapat dilihat di lembah Mallawa ini, maka timbul keinginan untuk mempelajari atau dimanfaatkan baik dalam pembelajaran maupun dalam memahami keadaan daerah Mallawa itu sendiri. Masalah-masalah yang timbul diantaranya masalah fisis dan social.
Adapun yang ingin diteliti dalam kegiatan praktek berikut ini adalah dikhususkan pada masalah fisis saja, maka penelitian yang dilakukan difokuskan hanya pada gejala-gejala fisis yang berada di daerah Mallawa. Meskipun hanya gejala fisis yang kita amati di sana, tetapi secara tidak langsung, gejala social budayanya juga telah kita pelajari sebagian kecil. Dan untuk menelitih gejala fisis saja, bukan berarti gejala yang lain diabaikan.

B.   Shooting dan Plooting
Shooting (menembak) dilakukan dengan menggunakan kompas biasa dilakukan oleh masing-masing kelompok tepatsesuai dengan jadwal kegiatan yang telah disusun. Shooting ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi si penembak berada di peta dengan menentukan titik pasti yang ingin dibetulkan. Kemudian setelah itu dengan mengunakan kompas mmenentukan besarnya azimuth setiap titik pasti. Sedangkan plotting adalah menentukan titik p-nya plooting tersebut di maksudkan untuk mengetahui dipendidikan dalam peta. Berikut adalah data shooting dan plooting di lokasi praktek lapangan.

NO
SHOOTING
T. PASTI
AZIMUT
KETERANGAN
1.


2.
P1


P2
1
2
3
1
2
3
N 200 E
N 310 E
N 25 E
N 22O E
N 310 E
N 10 E
B. Lekke
B. Malempong
B. Samaenre
B. Lekke
B. Malempong
B. Samaenre

C.   Pembahasan Gejala-Gejala di Lokasi
Pada pembahasan ini akan di gambarkan gejala-gejala yang ditemukan di lapangan hasil observasi berdasarkan penampakan yang ada. Kenampakan ini dikelompokkan berdasarkan lokasi.
1.    KAJIAN BATUAN
Lokasi pertama dalam observasi ini adalah sungai samaenre yang terdapat di desa Samaenre, di lembah Mallawa yang jaraknya kira-kira satu km dari perkampungan. Beberapa gejala yang menjadi obyek pengamatan yang terdapat di sungai ini adalah :    
§  Batuan Bolder
Di sebelah kanan sungai tersebut terdapat batu bolder. Batu bolder adalah bongkahan batu yang ukurannya besar dan kemudian karena adanya aliran sungai yang deras sehingga batuan tersebut berguling akibatnya batuan tersebut terpecah sehingga bentuknya pun berubah menjadi bentuk pecahan yang tajam dan bersudut-sudut menjadi bulat-bulat tumpul. Bongkahan tersebut terus mengguling kea rah hilir dan bersamaan denagn itu bertumpukan dan berpecah-pecah menjadi bolder-bolder yang ukurannya menjadi kecil.
Proses selanjutnya bolder-bolder itu pun pecah hingga lama-kelamaan jika memungkinkan akan menjadi endapan yang dialihkan ke laut. Diperhatikan proses terbentuknya bolder itu ternyata jenis batuan asalnya tidak turut menentukan. Fenomena ini juga terjadi di lembah sungai Mallawa, dimana batuan asal penyusun bolder itu ada yang terbentuk dan yang mendominasi adalah andesit.
§  Batu Gamping
Disebelah kanan sungai tersbut juga terdapat batu gamping. Menurut teori batu gamping tersebut terbentuk di dasar laut dan kemudian mengalami pengangkatan. Batu gamping adalah jenis batu endapan yang dibentuk oleh batuan yang telah ada sebelumnya oleh tenaga eksogen yaitu pelapukan pengikisan oleh air, pengikisan angin dan kemudian diendepkan di tempat yang rendah mislnya dasar laut, samudra atau pun di dasar danau. Endapan ini merupakan batuan yang lunak tetapi karena adanya proses diagnosis yaitu penekanan pada endepan yang disebabkan oleh lapisan atas endepan, maka sediment yang lunak ini menjadi keras. Proses diagnesis ini terjadi karena adanya tekanan lapisan lapisan atas.
§  Konglomerat
Konglomerat adalah jenis batuan yang terjadi karena adanya endepan dan terbentuk secara mekanik. Batu konglomerat terdiri dari bagian-bagian rekatan yang terbentuk krena aliran sungai.
§  Mata air panas yang berdampingan dengan mata air dingin
Jika kita telusuri sumber air panas dan sumber air dingin yang berdampingan tersebut, maka kita akan menemukan letak perbedaannya.
Sumber mata air panas terjadi karena adanya air tanah yang mengalir dan melalui batuan yang bersinggungan dengan intruksi magma yang memanasi batuan tersebut dan batuan ini pada salah satu perlapisannya merupakan lapisan aquiver (kedap air) sehingga airnya tidak merembes. Tetapi karena terjadi patahan pada batuan konglomerat, maka akibat patahan tersebut mengalirkan air panas itu karena menempuh perjalanan yang panjang mengakibatkan derajat pada air tersebut hanya dirasakan hangat-hangat kuku. Sedangkan sumber air dingin berasal dari daerah persawahan penduduk yang mengalir ke sungai tersebut.

2.   CEKUNGAN (DOLINA)
Lokasi kedua dalam observasi tidak jauh dari lokasi pertama kira-kira 500 km dari lokasi pertama. Gejalah yang diamati pada lokasi ke dua terdapatnya beberapa cekungan (dolina) di daerah tersebut.yang menurut teori cekungan tersebut terbentuk karena daerah tersebut adalahg daerah karst.
Sebaran dolina di daerah Mallawa tersebut sangat banyak karena jika dilihat dari daerahnya didominasi oleh daerah karst sehingga wajar lokasi mallawa terdapat banyak sebaran dolina. Namun untuk mencari hal tersebut tidak mudah karena sebagian daerahnya tertutupi semak-semak sehingga untuk menenemukan sebaran dolina tersebut harus melewati semak-semak yang lebat tersebut.
Dolina pada daerah karst terbentuk oleh pengikisan air hujan. Walaupun daerah karst merupakan daerah yang kedap air. Namun mempunyai diaklas-diaklas atau semacam pori-pori karst pada musim penghujan diaklas-diaklas tersebut terisi leh air hujan yang menyebabkan batu kapur tersebut menjadi rapuh oleh kandungan co2 air hujan. Proses pengikisan yang berlangsung terus menerus membentuk rongga di bawah tanah. Setelah rongga tersebut sudah tidak mampu menahan beban yang ada di atasnya maka terjadillah runtuhan yang merupakan awal terbentuknya dolina. 

3.    BATUAN SINGKAPAN (SINGKAPAN BATUAN)
Lokasi ini terletak di sebelah selatan desa Samaenre pada lokasi ini terdapat gejala geologi dimana terdapat fenomena batu yang tersingkap. Formasi batuan itu adalah batuan pasir, batuan serpih, dan batu sabak yang jika dilihat dari asal terbentuknya mempunyai fasies yang berbeda. Dimana terdapat batu pasir berfasies laut dangkal dan batu serpih berfasies laut dalam. Batu pasir terbentuk dari sedimen yanf terendap di laut dangkal sedangkan batu serpih merupakan endepan dari sedimen berupa danau yang terendap di laut dalam.
Adanya fakta dimana batu pasir dan batu serpih berada pada tempat yang sama memberikan gambaran bahwa pada masa lampau terjadi pengangkatan berkali-kali kemudian setelah itu terjadi kembali denudasi teori yang relefan dengan teori tersebut ialah pada laut dalam yang terendapi oleh lempung terjadi tekanan sehingga kompakmen jadi batu serpih. Batu serpih yang sudah sempurna mengalami kompaksi akan menjadi batuan sabak. Setelah laut terendapi terus menerus terjadi pengangkatan sehingga berubah menjadi laut dangkal. Ketika menjadi laut dangkal tersebut terendapi oleh sediment pembentuk batu pasir yang mengalami tekanan yang akhirnya kompak. Demikianlah proses tersebut berlangsung secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang sangat lama.
Struktur batuan serpih dan batu sabak yang lapisannya tebal tipis menggambarkan keadaan iklim pada masanya lapisan yang tebal memberikan gambaran bahwa pada masa itu terjadi musim penghujan yang membawah endapan-endapan yang banyak ke laut sehingga lapisannya pun menjadi tebal kemudian lapisan yang tipis merupakan gambaran bahwa pada dasarnya tersebut merupakan musim kemarau yang kering sehingga endapan yang dibawah ke laut sedikit.

4.    BATU BARA DESA TELLUMPANUAE
Pada lokasi ini gejala yang diamati adalah batu bara. Batu bara ini terdapat di wilayah desa Tellumpanuae sebelah selatan kantor desa. Batu bara yang kita amti adalah batu bara yang tersingkap pada suatu terbing atau dinding sungai yang lokasi tersebut terlihat jelas bahwa batu bara tersebut masih tergolong mudah atau dalam istilah geologi di sebut lignik. Pelapisan batu bara tersebut teradiri atas tanah liat lempung batu bara lempung untuk lebih jelasnya lihat table di bawah ini.     
               
Tanah liat
Endapan lempung
Lapisan batu bara
Endapan lempung
Lapisan batu bara
Endapan lempung
Lapisan batu bara

Batu bara terbentuk sebagai hasil sedimentasi dari tumbuh-tumbuhan. Yang diakibatkan oleh diagnesa dan metamorfosa setelah tumbuh-tumbuhan tersebut mati dan bersianaerop maka proses penghancuran tidak sempat memainkan perannya yang akan merusak sisa-sisa tumbuhan tadi oleh endapan seperti lempung Lumpur dan pasir.
Sepanjang sejarah geologi yang berlangsung beratus-ratus juta tahun, maka bahan-bahan yang tertimbun itu mengalami perubahan hebat dimana karena tekanan yang berbeda begitu pula dengan suhu yang tinggi sehingga proses pengeluaran zat-zat yang secara berangsur-ansur akan kehilangan prosentase zat hidrigen oksigennya sehingga menampakkan karbonnya relative akan bertambah.
Jadi yang penting dalam proses pembentukkan batu bara ini adalah penambahan karbon relative. Dengan demikian dalam jangka waktu yang lama timbunan tanaman yang telah mati mula-mula akan berubah menjadi gambut kemudian menjadi batu bara yang mudah mendapat tekanan dan temperature yang tinggi maka akan terbentuk batu bara yang tua dan akhirnya akan menjadi granik.

Metode Praktek Lapang Geografi UNM


METODE PRAKTEK LAPANG GEOLOGI
JURUSAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

A.   Observasi Lapangan 
Observasi lapangan ini dimulai semua dengan jadwal yang telah disusun pada hari sabtu dengan menggunakan metode sebagai berikut :
Ø  Road Travers (Menyusuri jalan raya)
Cara ini dilaksanakan debgan mengikuti jalan  raya sepanjang wilayah yang termasuk lembah mallawa. Dalam hal ini, jalan raya yang dimaksud adalah semua jalan yang dapat dilalui oleh manusia dan telah membentuk alur jalan seperti jalan besar dan jalan setapak .
Ø   Rivers Travels (Menyusuri sungai)
Alasan dilaksanakannya metode ini karena adanya sinkapan yang nampak disepanjang lintasan sungai.
Ø   Kompas Travels (arah yang ditentukan kompas)
Metode yang menggunakan kompas. Dalam hal ini diperlukan ketelitian, pelaksanaan metode kompas seharusnya kita tentukan arah yang kita tuju dimana terdapat sikapan batuan atau fenomena yang lain menjadi tujuan.
B.   Shooting dan Flooting.
Terlebih dahulu menentukan titik pasti, kemudian menentukan titik azimut. Setelah itu menentukan titik pasti yang di bidik. Strike dan deep.
Mengukur Strike.
Strike adalah arah jurus perlapisan pada lapisan batuan untuk mengukur arah strike ini terlebih dahulu mencari perlapisan yang strategis untuk diadakan pengukuran selanjutnya letakkan bordfiel pada lokasi yang akan diukur. langkah-langkah pengukuran strike sebagai berikut  :
Ø  Arah kompas geologi hingga cermin berposisi sedemikian rupa sehingga dapat melihat pemandangan searah dengan arah rata-rata strike secara kasar.
Ø  Letakkanlah boardfiel pada tempat yang  telah dipilih untuk dijadikan tempat pengukuran.
Ø  Peganglah kompas dengan tangan kanan dan cermin berada pada posisi menghadap ke depan.
Ø  Letakkanlah kompas pada boardfiel dengan posisi nivo tabung dan nivo kontak tepat pada kedudukan di tengah.
Ø  Hentikan goyangan jarum kompas yang masih bergerak dengan menekan tombol kecil di pinggir lingkaran kompas. Dan hasil bacaan pada jarum komas yang berkepala kuning itulah arah strike.
Mengukur deep
Deep adalah sudut kemiringan batuan lapisan batua. Cara menentukan dengan menggunakan kompas geologi sebagai berikut :
Ø  Menentukan arah deep, yang  selalu kontang dengan arah strike dengan ditambah 90 derajat.
Ø  Meringankanlah kompas dengan menggerakkan kearah vertical sebesar 90 derajat, usahakan nivo tabung dapat terbaca, karena kecilnya alat ini, maka sewaktu membaca nivo badan kita rebahkan/meringankan di tanah.
Ø  Gerakkan handle penggerak nivo tabung sehingga posisi nivo tepat pada inbeks nivo itulah ada strike.
Ø  Bacalah sudut deep yang berada pada lingkaran skalah tengah.
C.   Proses Pembentukan Lembah Mallawa
Lembah mallawa merupakan lembah yang sangat luas, struktur lembah ini sangat kompleks karena di dalamnya terdapat berbagai gejala-gejala yang menjadi objek study dalam ilmu geologi, antara lain terdapat patahan, lipatan, dan sesar. Bahkan yang paling menonjol adalah struktur patahan yang berbentuk tangga, dapat dilihat dari keberadaan batuan gamping atau batu kapur pada ketinggian yang berbeda-beda. Lembah Mallawa jika dilihat dari keberadaan formasi batuan yang ada, dapat dikatakan bahwa batuan yang paling dominant adalah batu kapur, sedangkan batu lainnya adalah antara lain : batu Sabak, batu Bara, batu Konglomerat dan batu Bolder.
Lembah Mallawa yang bervariasi dengan struktur patahan lipatan dan susunan batuan yang ada seperti Gamping, Sabak, Diorit, Konglomerat dan lain-lain menunjukkan bahwa gaya dan proses yang bekerja di Lembah Mallawa adalah daya asal dalam atau tenaga endogen yang pertama membentuknya seiring dengan pembentukkan lengan Selatan Sulawesi yang sudah tiga kali masa pengangkatan.
Atas dasar petunjuk batuan yang ada di Lembah Mallawa maka diadakan analisa mengenai terjadinya Lembah Mallawa pada lengan Selatan Sulawesi dikenal adanya patahan yang dikenal sebagai depresi. Depresi yang ada di wilayah ini ada dua yaitu: depresi Walenai dan depresi Tempe.di lokasi praktek lapang merupakan bagian dari depresi Walenai.
Teori tentang terbentuknya patahan depresi ini adalah telah banyak di kemukakan oleh ahli geologi, antara lain E.Sues yang mengatakan patahan itu terjadi karena gaya tarikan La Conte mengatakan bahwa patahan terjadi karena gaya mendatar atau tangan sial. Pemikiran La Conte ini di dukung oleh Penyelidikan  Solomon dan akhirnya Clos yang mengatakan pikiran yang sama dengan pendapat dari La Conte.
Depresi menurut pengertian adalah merupakan daerah bertekanan rendah di kelilingi daerah yang bertekanan tinggi. Terjadinya lapisan kerak bumi yang demikian ini tidak lain karena adanya gaya tangan sial yang merupakan atau menyebabkan terjadinya pelengkungan. Jika pengangkatan kerak bumi itu terjadi maka bagian yang berada di bawah lingkungan itu menjadi kosong, karena tersebut telah sampai pada batas elastisitasnya. Dengan demikian maka bagian puncak di bawahnya merupakan tempat yang bertekanan rendah yang merosot turun. Jadi istilah depresi tidak terbatas pada daerah Gaben saja tetapi termasuk juga yang menjadi Horst. Bagian yang merosot pada system depresi gaya yang membentuk Lembah Mallawa adalah gaya asal di dalam yaitu pengangkatan akibat tekanan dari perut bumi yang besar. Seperti yang kita lakukan bahwa pembentukan lengan selatan sulawesi mengalami pengangkatan sebanyak tiga kali.
Menurut Van Bemlen, wilayah lengan selatan pada mulanya masih merupakan bekuan yang sangat luas masih memungkinkan terbentuknya batu Bara dan batu Kapur Miocene, kemudian mengalami pengangkatan dengan beberapa terobosan vulkan yang menghasilkan batuan Andesit. Pada saat ini Lembah mengalami patahan sehingga sediment masih bersambungan. Sedangkan pada zaman Neogene mudah telah membentuk patahan-patahan bahkan pada bagian tengah antic inilah hal besar pada bagian selatan terbentuk depresi Walenai pada celeh-celeh patahan Magma menyusup di pinggir timur dan barat depresi tersebut olehanya itu tidak menherankan jika di daerah kapur ditemukan batuan berupa deorit di perkirakan pada zaman kuarter telah pecah menjadi pecahan-pecahan/telah menambahkan kondisi yang mantap dan bagian dari patahan-patahan yang besar telah pecah menjadi patahan yang sempit dan bertangga. Itulah sebabnya di Lembah Mallawa terjadi patahan tangga yang cepat dilihat dari susunan batu Gamping.
Ø  Daerah Karst
Karst merupakan batuan kapuir merupakan pegunungan yang terbentuk dalam proses yang m,emerlukan waktu yang sangat lama dan merupakan salah satu kerja tenaga geologi asal dalam (tenaga endogen). Daerah Karst terjadi dari pengendapan binatang Koral yang terhempas kepantai akibat adanya tenaga endogen. Epirogenesa dan Orogenesa, terjadi pengangkatan dasar laut hingga terjadi gunung kapur.
Secara geologi Maros terletak di daerah  yang dulunya merupakan laut, dimana pengendapan marine dan kapur telah dimulai sejak oecena dan berlangsung terus sampai terangkat pada pilo-Pleistocena. Pegunungan maros yang memanjang kea rah utara-selatan terbentuk sebagai perpindahan kea rah timur pengelombangan kulit bumi yang mempunyai pusat diatroisme di pulau laut.
Pemandangan tentang bentang alam karts sebagai hasil pelarutan oleh air pada batuan kapur yang di mulai dengan adanya dataran tinggi batuan kapur yang menjulang diatas permukaan laut. Belum lama sesudah itu di tekan keatas maka batu kapur ini adalah kedap air, sehingga air hujan jatuh padanya mengalir pada bagian permukaan, karena batu kapur ini mempunyai tingkat tembus air yang sangat kecil sekali. Walaupun demikian memiliki celah, mempunyai diaklas-diaklas itu menjadi demikian lebarnya karena adanya pengaruh pelarutan.
Akibat proses itu maka menimbulkan gejala-gejala yang unik pada batuan kapur sebagai hasil pelarutan. Adapun gejala-gejala karst seperti :
v  Bentukan-bentukan sinkholes, tetai jumlahnya sangat terbatas.
v  Pelarutan air biasanya meninggalkan residu tanah liat merah menutupi permukaan tanah dan celah-celah permukaan kapur.
v  Karst atau alur-alur hujan pada batuan kapur yang begitu lanjut usia, karena masih dangkal-dangkal terdpat beban tempat terutama pada bagian yang kurang vegetasi dan terrarossanya.
v  Pengaliran dibawah tanah.
v  Sisa pelarutan dibawah dibukit-bukit kerucut atau conical hilleks terdapat sendiri-sendiri maupunsecara kumpulan.
v  Gua-gua umumnya terdapat kaki dinding kapur terjal.

Ø  Dolina
Dolina adalah lekuk-lekuk yang berbentuk corong dan di bentuk oleh daya air yang melarutkan batu gamping. Ada beberapa bentuk dolina yaitu : dlina yang berbentuk piring, dolina yang berbentuk corong, dan dolina runtuhan.
Ø  Air Permukaan  (Sungai)
Air hujan dan tanah yang keluar sebagai mata air akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Pada waktu mengalir air mengikis batuan yang melewatinya sehingga terbentuklah alur-alur kecil atau parit. Makin lama alur itu makin lebar. Air yang yang dapat ditampung makin banyak sehingga terbentuklah aliran yang disebut sungai. Dan sungai mempunyai aliran antara lain:
a.   Bagian hulu sungai.
Ditandai oleh adanya daerah berbukit dan bergunung. Lembah sungai bebentuk huruf V dengan tebing yang curam akibat aliran sungai yang deras terjadi pengikisan ke arah dalam (erosi vertikal) dan tidak terjadi pengendapan (sedimentasi) sehingga tidak terdapat teras-teras sungai, di sekitar badan sungai banyak ditemukan bongkahan batu besar dan juga banyak terdapat jeram atau air terjun.
b.  Daerah aliran tengah sungai ditandai oleh adanya erosi yang terjadi secara vertikal dan lateral. Lembahnya berbentuk U dan banyak ditemukan batu-batu guling pada badan sungai yang ukurannya tidak sebesar pada daerah hulu. Aliran airnya deras disertai sedikit proses sedimentasi dan terdapat teras-teras sungai serta tidak ditemukan juram-juram dan juga jerahannya landai.
c.  Daerah aliran hilir sungai
Ditandai oleh adanya daerah yang sangat datar, aliran air mulai tenang dan banyak ditemukan aliran sungai yang bekelok-kelok (meander). Tidak terjadi proses pengikisan tetapi terjadi pengendapan banyak ditemukan kalitif (oxbowlake) akibat dari aliran meander yang terpotong terdapat wilayah daratan banjir (floot plein) yang luas. Badan sungai banyak mengandung lumpur dan pasir halus. Terdapat being pasir di tengah sungai berdelta atau endapan dan banyak dataran sungai dalam (Urayan di tengah sungai berupa satu pasir dan lumpur hasil pengendapan sungai) serta teras-teras sungai tidak begitu jelas.
      Jenis-jenis sungai
Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan atas :
1.    Sungai hujan, jika hujan itu berhulu pada mata air yang berasal dari resapan air hujan. Selam bagian hulu berhutan lebat, aliran sungai itu tidak terlalu banyak dipengaruhi musim. Namun jika hitan telah rusak, diganggu manusia maka alirannya akan sangat berbeda pada musim kemarau. Tidak jarang sebuah sungai kering sam sekali pada musim kemarau karena mata airnya mati.
2.    Sungai gletser, yaitu sungai yang airnya berasal dari cairan gletser (es).Aliran sungai gletser relative stabil. Dan perbedaan aliran sungai gletser terasadi daerah yang memiliki musimpanas (summer) dan winter (dingin).
3.    Sungai campuran, yaitu sungai gletser yang alirannya telah mendapat campuran dari air hujan.
Berdasarkan struktur lapisan batuan yan gdillui oleh sungai maka sungai terbagi atas:
§  Sungai konsekuen, sungai yang arah kemiringannya sesuai dengan arah kemiringan batuan daerah yang dilaluinya.
§  Sungai subsekuen adalah sungai yang alirannya tegak lurus pada sungai konsekuen dan bermuara pada sungai konsekuen tersebut dan sungai ini mengalir pada batuan yang kurang resisten.
§  Sungai obsekuen adalah sungai yang arah alirannya berlawanan dengan kemiringan lapisan batuan daerah ini dan juga merupakan anak sungai dari sungai subsekuen.
§  Sungai resekuen adalah anak sungai dari obsekuen dan alirannya sejajar dengan sungai kondekuen.
§  Sungai insekuen adalh sungai yang arah alirannya tidak teratur.
§  Sungai anteseden meruoakan jenis sungai yang dapat membagi daerah lapisan batuan yang dilaluinya.
§  Sungai epirogenesa merupakan jenis sungai yang terus menerus mengikis batuan yang dilaluinya sehingga mencapai daerah batuan asli.
Berdasarkan kesinambungan atau kontinitas aliran airnya maka terbagi atas :
1.    Sungai episodik, yaitu sungai yang alirannya tetap mengalir baik di musim hujan maupun musim kemarau dan debit airnya stabil.
2.    Sungai periodik, yaitu sungai yang hanya mengalir pada musim hujan saja.
Adapun pola aliran sungai yaitu :
o   Pola aliaran radial sentripetal yaitu pola aliran sungai yang menuju pusat.
o   Pola aliran radial sentrifugal yaitu pola aliran sungai yang meninggalkan pusat.
o   Pola aliran denritik yaitu pola aliran sungai yang tidak teratur. Biasanya terjadi di daerah dataran atau daratan pantai.
o   Pola aliran terelis yaitu pola aliran sungai yang berbentuk menyirip seperti daun.
o   Pola aliran sungai rectangular yaitu aliran sungai dimana anak sungai bergabung dengan induk sungai secara tegak lurus.
o   Pola aliran anguler yaitu pla aliran sungai yang arahnya sentrifugal namun memiliki cabang sungai obsekuen, yang sejajar dengan kontur sungai obsekuen dan sungai resekuen.

Ø  Informasi Umum Tentang Batuan
Batuan kulit bumi dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
a.    Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma pijar yang mendingin menjadi padat. Berdasarkan tempat pendinginnya ada tiga macam batuan beku, yaitu:   
o   Batuan beku dalam (plutinik)
Batuan ini disebut pula batuan beku plulonis (batuan beku abisis). Terjadinya jauh dibawah permukaan bumi, berasal dari magma yang dingin. Pendinginan sangat lambat, sehingga berlangsungnya proses kristalisasi sangat leluasa. Oleh karena itu, batuan beku terdiri dari kristal-kristal penuh, mempunyai susunan (struktur),holokristal dan granitis.
o   Batuan lelehan/luar.
Batuan ini membekunya di luar kulit bumi,sehingga turunnya temperatur cepat sekali. Zat-zat dari magma, dapat : membentuk kristal kecil dan sebagian ada yang sama sekali tidak dapat menjadi kristal.Strukturnya hamorfatau tidak terbentuk. Contohnya andesit dan basal.
o   Batuan korok (ferpiri)
Terbentuknya di dalam korok/gang, karena tempatnya dekat dengan permukaan,pendinginannya lebih cepat, itulah sebabnya batuan ini terdiri dari kristal besar, kristal kecil, yaitu amorf.contohnya : granik porfil dan diorite porfirit.
b.    Batuan endapan atau batuan sedimen
Bila batuan beku lapuk, bagian-bagiannya yang lepas mudah diangkut oleh air, angin, atau es dan diendapkan di tempat lain. Batuan yang mengendap ini disebut batuan sediment. Batuan ini mula-mula lunak, tapi lama-lama menjadi keras karena proses pembatuan.


Dilihat dari perantaraanya, batuan sedimen terbagi atas :
Ø  Batuan sediment aeris atau aeolis pengangkutnya adalah angin, contohnya :tanah los, tanah turf dan tanah pasir di gurun.
Ø  Batuan sediment olasial pengangkutnya adalah es contohnya :moraine (menreina).
Ø  Batuan sediment elastis pengangkutnya adalah air, contohnya breksi, konglomerat dan batu pasir.
Dilihat dari tempat pengendapannya batuan sediment terbagi atas :
Ø  Batuan sediment lakuster, diendapkan di dalam. Contohnya : Turf dabau, tanah liat danau.
Ø  Batuan sediment continental, diendapkan di daratan contohnya tanah los, tanah gurun pasir.
Ø  Batuan sedimen mariner, diendapkan di laut. Contohnya ; Lumpur biru pantai, endapan radioraria.
c.    Batuan Metamorf
Batuan ini merupakan  batuan yang telah mengalami perubahan yang dahsyat. Alasannya dari batuan beku atau batuan sedimen.
      Batuan metamorf terbagi atas :
Ø  Batuan metamorf kontak
Batuan terbagi akibat suhu yang sangat tinggi biasanya terletak dekat dengan dapur magma. Contohnya marmer batu bara di bukit asam.
Ø   Batuan metamorf dyhamo
Batuan ini terjadi karena tekanan yang tinggi dan dalam waktu yanmg lama, disebut juga metamorf kinesis. Contohnya batu sabak, antrasit dari batu bara mudah, schist dan shale.
Ø   Batuan metamorf pneuma tolitis kontak.
Batuan ini terjadi karena pengaruh suhu yang tinggi dan mendapat tambahan gas lain pada waktu terbentuknya batu tersebut. Contohnya batu permata dan topas.

Geografi Untuk Negeriku


Konsep Memasyarakatkan Geografi
Dengan Program SWALIBA


Bencana saat ini sedang massif terjadi di dunia. Terutama di
negara Indonesia yang notabene berada di jalur patahan lempeng
dunia. Oleh sebab itulah lokasi negara ini berada pada “ring of fire”.
Sayangnya kesadaran bangsa ini akan bencana baru muncul disaat
terjadi Gempa Bumi dan Tsunami di Aceh pada tahun 2004. Hampir
setiap tahunnya catatan akan bencana terus terjadi. Bukan hanya
bencana geologi akan tetapi bencana klimatologi yang disebabkan
oleh perubahan iklim global.
Berdasarkan kondisi ini negara berkewajiban untuk menyiapkan
setiap individu dalam masyarakat yang selalu siap siaga terhadap
bencana. Hal ini difungsikan agar dapat mengurangi dampak
bencana dalam kehidupan masyarakat. Disinilah bidang Ilmu
Geografi sangat berperan. Ilmu yang notabene mempelajarai
permukaan bumi yang terdiri dari aspek-aspek geosfera ini
diharapkan menjadi inisiator dalam menciptakan masyarakat yang
arif terhadap kondisi lingkungan serta tanggap terhadap bencana.
Pemikiran diatas yang mendasari Ikatan Geograf Indonesia (IGI)
beserta Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia (IMAHAGI) bergerak
untuk menciptakan inovasi dalam membentuk sekolah berwawasan
lingkungan dan mitigasi bencana (SWALIBA). Melalui sektor
pendidikan akan diciptakan masyarakat yang akan lebih arif terhadap
lingkungan serta selalu tanggap terhadap bencana di wilayahnya.
Semoga konsep baru ini dapat dilaksanakan oleh segenap
elemen masyarakat terutama bagi para anggota IGI maupun
IMAHAGI yang akan menjadi pelopor terselenggaranya SWALIBA di
seluruh penjuru Indonesia. Buku ini akan menjadi panduan secara
langsung dalam menciptakan SWALIBA tersebut.
Pendahuluan
Keberadaan ilmu geografi baik di Indonesia maupun di dunia ini
telah banyak mengkaji tentang berbagai macam objek yang ada
dipermukaan bumi. Kajian tentang ilmu geografi pada dasarnya
mengkaji berbagai fenomena yang terjadi di permukaan bumi ini.
Beberapa kajian geografi tersebut terkait dengan aspek geosphera
diantaranya atmosfer, litosfer, pedosfer, hidrosfer, biosfer, dan juga
antrophosfer. Potensi kajian geografi yang cukup luas ini dilakukan
melalui tiga pendekatan geografi, baik secara spasial, ekologi dan
kompleks wilayah. Hal ini ditujukan untuk melakukan pengelolaan
kehidupan di bumi untuk arah yang lebih baik. Seperti halnya ilmuan
geografi yang mengatakan bahwa ilmu geografi bukan hanya sekedar
bagaimana mengkaji peta tetapi bagaimana mampu menjawab
kalimat “how to manage our better life”.
Kajian mengenai pendidikan geografi Indonesia ini telah banyak
memunculkan permasalahan. Mulai dari ketidakintegrasinya sistem
pendidikan dasar dan menengah dengan pendidikan tinggi, sampai
dengan kualitas dari pendidikan dasar dan menengah. Permasalahan
kualitas pendidikan dasar dan menengah ini banyak tertuju tentang
metode pembelajaran geografi yang masih banyak menganut sistem
konvensional. Sedangkan berbagai macam metode kajian tentang
objek ilmu geografi telah banyak berkembang seiring dengan
perkembangan teknologi serta globalisasi.
Landasan Hukum
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28b Ayat 1
“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan
mendapatkan mafaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan
umat manusia”.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28b Ayat 1 yang berbunyi
“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan
mendapatkan mafaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan
umat manusia”.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Berbunyi Bahwa Pasal 5 Ayat (1) Setiap Warga Negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu. Ayat (5) Setiap Warga Negara berhak mendapatkan
kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Sedangkan
Pasal 13 Ayat (1) Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana

Pada Pasal 26 Ayat (1 B) berbunyi Setiap orang berhak
mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Sedangkan pada Pasal
27 Setiap orang berkewajiban:
a. Menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis,
memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan
kelestarian fungsi lingkungan hidup;
b. Melakukan kegiatan penanggulangan bencana; dan
c. Memberikan informasi yang benar kepada publik tentang
penanggulangan bencana.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup

Pada Pasal 65 ayat (2) disebutkan bahwa Setiap orang berhak
mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses
partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat. Pada Pasal 68 ayat (1) Setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban: (a) memberikan
informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
Sekolah Berwawasan Lingkungan dan Mitigasi Bencana | 8
lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu. Dan
Pasal 70 ayat (1) Peran masyarakat dilakukan untuk: (a)
meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.