Senin, 02 April 2012

Data Spasial UntukKebencanaan


DATA SPASIAL UNTUK KEBENCANAAN

Bencana yang beruntun menimpa tanah air kita, semakin meningkatkan kesadaran akan perlunya suatu sistem informasi kebencanaan yang berbasis data spasial. Sistem informasi spasial ini sangat diperlukan pada segala tahapan manajemen bencana, dari mulai aktifitas pra-bencana seperti studi tentang resiko suatu daerah terhadap suatu bencana dan penyusunan berbagai scenario bencana; aktifitas sesaat setelah bencana terjadi seperti pemetaan sebaran kerusakan dan kebutuhan pengungsi yang sangat diperlukan oleh para petugas dan relawan pemberi bantuan; sampai ke aktifitas rehabilitasi dan rekonstruksi suatu daerah pasca bencana. Dengan adanya sistim informasi spasial ini, maka keputusan akan dapat diambil lebih tahapan pada segala tahapan tersebut.
Di tahun 2006, Balai Penelitian Geomatika sangat aktif merespon terjadinya berbagai bencana di tanah air. Tim pemetaan cepat ( rapid response mapping ) dikirim untuk melakukan pengkajian dan pemetaan cepat yang semuanya bertujuan untuk men-support tindakan manajemenbencana Gunung Merapi, gempa bumi di Yogyakarta , banjir di Jember (Jawa Timur) dan Sinjai (Sulawesi Selatan).
Dari kegiatan-kegiatan tersebut dihasilkan Peta Rute Evakuasi untuk 6 kecamatan di wilayah Gunung Merapi, Peta Citra SPOT Gunung Merapi, dan beberapa pemodelan spasial yang digunakan oleh pihak-pihak terkait penanggulangan bencana-bencana di atas. Juga dihasilkan beberapa paper ilmiah tentang kontribusi teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis dalam penanganan bencana.
Sumber, BAKOSURTANAL

Klasifikasi Bentanglahan


STRUKTUR, PROSES,  STADIA DAN KLASIFIKASI BENTANGLAHAN
Struktur, proses dan stadia merupakan faktor-faktor penting dalam pembahasan geomorfologi. Pembahasan sesuatu daerah tidaklah lengkap kalau salah satu diantaranya tidak dikemukakan (diabaikan). Pada pembahasan terdahulu, telah dikemukakan ketiga faktor tersebut dikenal sebagai prinsip-prinsip dasar geomorfologi, sedangkan pada bahagian ini akan lebih diperjelas lagi, bagaimana arti dan kedudukan ketiga faktor tersebut dalam studi geomorfologi.
Struktur
Untuk mempelajari bentuk bentangalam suatu daerah, maka hal yang pertama harus diketahui adalah struktur geologi dari daerah tersebut. Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa struktur geologi adalah faktor penting dalam evolusi bentangalam dan struktur itu tercerminkan pada muka bumi, maka jelas bahwa bentangalam suatu daerah itu dikontrol/dikendalikan oleh struktur geologinya. Selain daripada struktur geologi, adalah sifat-sifat batuan, yaitu antara lain apakah pada batuan terdapat rekahan-rekahan (kekar), ada tidaknya bidang lapisan, patahan, kegemburan, sifat porositas dan permiabilitas batuan satu dengan yang lainnya.
Menurut Thornburry, bahwa pengertian struktur dalam geomorfologi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi, sedangkan Lobeck membedakan antara “Struktur Geologi” dan “Struktur Bentangalam”.
Beberapa istilah struktur geologi : struktur horisontal, struktur dome, struktur patahan, struktur lipatan, struktur gunungapi; Beberapa istilah struktur bentangalam: dataran atau plateau, bukit kubah, pegunungan patahan, pegunungan lipatan, pegunungan komplek. Karena struktur bentangalam ditentukan oleh struktur geologinya, dimana struktur geologi terjadi oleh gaya endogen, maka struktur bentangalam dapat diartikan sebagai bentuk bentangalam yang terjadi akibat gaya endogen.
Proses
Banyak para ahli, seperti Worcester, Lobeck, dan Dury berbeda dalam menafsirkan tentang pengertian proses geomorfologi, mereka beranggapan bahwa yang dimaksud dengan proses disini adalah proses yang berasal dari dalam dan luar bumi (proses endogenik dan proses eksogenik), ada pula yang beranggapan proses disini adalah energi yang berasal dari luar bumi (gaya eksogen) saja. Adapun pengertian proses disini adalah energi yang bekerja di permukaan bumi yang berasal dari luar bumi (gaya eksogen) dan bukan yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen).
Pengertian “Geomorphic Processes” semata-mata dijiwai oleh energi / proses yang berasal dari luar bumi, dengan alasan adalah:
1.      Energi yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen) lebih cenderung sebagai faktor yang membangun, seperti pembentukan dataran, plateau, pegunungan kubah, pegunungan lipatan, pegunungan patahan, dan gunungapi.
2.      Energi yang berasal dari luar bumi (gaya eksogen) lebih cenderung merubah bentuk atau struktur bentangalam.
Gaya merusak inilah yang menyebabkan adanya tahapan stadia atau “stages” pada setiap jenis bentangalam. Stadia atau stage tidak disebabkan oleh gaya endogen seperti diastrophisme atau vulcanisme. Tak dapat disangkal, bahwa memang kedua gaya (endogen dan eksogen), yang disebut juga sebagai proses endogenik dan proses eksogenik mempunyai pengaruh yang dominan dalam pembentukan suatu bentangalam yang spesifik diatas muka bumi ini, oleh karena itu maka sejarah genetika bentangalam dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:

1.      Bentangalam kontruksional, yaitu semua bentangalam yang terbentuk akibat gaya endogen (gaya eksogen belum bekerja disini, jadi masih berada pada tingkat initial).
2.      Bentangalam destruksional, yaitu semua bentangalam yang terbentuk akibat gaya eksogen terhadap bentangalam yang dihasilkan oleh gaya endogen, melalui proses pelapukan, erosi, abrasi, dan sedimentasi.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan prose disini adalah semua gaya yang berdampak terhadap penghancuran (perombakan) bentuk bentangalam yang terjadi akibat gaya endogen sehingga memungkinkan bentangalam mengalami stadia Muda, Dewasa, dan Tua. Proses perombakan bentangalam terjadi melalui sungai (proses fluvial), gletser, gelombang, dan angin. Keempatnya disebut juga sebagai agen yang dinamis (mobile agents/geomorphic agent) karena mereka dapat mengikis dan mengangkut material-material di bumi dan kemudian mengendapkannya pada tempat-tempat tertentu.
Stadia
Stadia/tingkatan bentangalam (jentera geomorfik) dinyatakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kerusakan yang telah terjadi dan dalam tahapan/stadia apa kondisi bentangalam saat ini. Untuk menyatakan tingkatan (jentera geomorfik) digunakan istilah: (1) Muda, (2) Dewasa dan (3) Tua. Tiap-tiap tingkatan dalam geomorfologi itu ditandai oleh sifat-sifat tertentu yang spesifik, bukan ditentukan oleh umur bentangalam.
Klasifikasi Bentangalam
Sehubungan dengan stadia geomorfologi yang dikenal juga sebagai Siklus Geomorfik (Geomorphic cycle) yang pada mulanya diajukan Davis dengan istilah Geomorphic cycle. Siklus dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang mempunyai gejala yang berlangsung secara terus menerus (kontinyu), dimana gejala yang pertama sama dengan gejala yang terakhir. Siklus geomorfologi dapat diartikan sebagai rangkaian gejala geomorfologi yang sifatnya menerus. Misalnya, suatu bentangalam dikatakan telah mengalami satu siklus geomorfologi apabila telah melalui tahapan perkembangan mulai tahap muda, dewasa dan tua.

Stadium tua dapat kembali menjadi muda apabila terjadi peremajaan (rejuvenation) atas suatu bentangalam. Dengan kembali ke stadia muda, maka berarti bahwa siklus geomorfologi yang kedua mulai berlangsung. Untuk ini dipakai formula n + 1 cycle, dimana n adalah jumlah siklus yang mendahului dari satu siklus yang terakhir. Istilah lain yang sering dipakai untuk hal yang sama dengan siklus geomorfologi adalah siklus erosi (cycle of erosion). Dengan adanya kemungkinan terjadi beberapa siklus geomorfologi, maka dikenal pula istilah : the first cycle of erosion, the second cycle of erosion, the third cycle of erosion, etc. Misalnya suatu plateau yang mencapai tingkat dewasa pada siklus yang kedua, maka disebut sebagai “maturely dissected plateau in the second cycle of erosion”.

Relief Bumi


RELIEF BUMI

Relief bumi yang dimaksudkan disini adalah mencakup pengertian yang sangat luas, baik yang terdapat pada benua-benua ataupun yang terdapat didasar lautan. Berdasarkan atas pengertian yang luas tersebut, maka relief bumi dapat dikelompokkan atas 3 golongan besar, yaitu :
1.      Relief Orde I (Relief of the first order)
2.      Relief Orde II (Relief of the second order)
3.      Relief Orde III (Relief of the third order)
Pengelompokan atas ketiga jenis relief diatas didasarkan pula atas kejadiannya masing-masing. Karena itu pula didalamnya terkandung unsur waktu relatif.
1.      Relief Orde Pertama
Yang terdiri atas Paparan Benua (Continental Platforms) dan Cekungan Lautan (Ocean Basin). Bentuk-bentuk dari orde pertama ini mencakup dimensi yang sangat luas dimuka bumi. Sebagaimana diketahui bahwa luas daratan beserta air seluruhnya sebesar 107.000.000 mil persegi, yang terdiri dari luas benua (continents) sebesar 56.000.000 mil persegi dan sisanya 10.000.000 mil persegi merupakan luas continental shelf. Yang dimaksud dengan paparan benua meliputi benua dan tepi benua(continental shelf). Dengan demikian luas total paparan benua (continental platforms) adalah 66.000.000 mil persegi. Paparan benua Amerika Utara & Selatan, Eurasia, Afrika, Australia, dan Antartika merupakan bahagian-bahagian yang tertinggi dari permukaan litosfir.
Tepi Benua (Continental shelf) adalah bagian dari paparan benua (continental platforms) yang terletak dibawah permukaan air laut. Cekungan Lautan (Ocean Basin) mempunyai kedalaman rata-rata 2,5 mil dibawah muka air laut, walaupun kita tahu bahwa dasar lautan memiliki bentuk topografi yang tidak teratur. Terdapat banyak depressi-depressi yang sangat dalam dari batas kedalaman rata-rata yang dikenal sebagai Palung Laut (Ocean Troughs), disamping itu terdapat pula bagian-bagian dasar laut yang muncul dipermukaan atau secara berangsur berada dekat dengan permukaan air laut. Relief order pertama Diketahui sangat erat hubungannya dengan proses kejadian bumi, dengan demikian teori-teori tentang geologi, astronomi, fisika dan matematika, seperti “Planetesimal Hypothesis”, “Liquid Earth Theories” maupun “Continental Drift Theory” menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pembentukan relief orde pertama.
2.       Relief Orde Kedua
Relief orde Kedua biasa disebut juga sebagai bentuk bentuk yang membangun (Constructional forms), hal ini disebabkan relief orde kedua dibentuk oleh gaya endogen sebagai gaya yang bersifat membangun (Constructional Forces). Kawasan benua-benua dan Cekungan-cekungan laut merupakan tempat keberadaan atau terbentuknya satuan-satuan dari relief dari orde kedua, seperti dataran, plateau, dan pegunungan.
Gaya endogen yang berasal dari dalam bumi dapat mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan diatas muka bumi. Adapun gaya endogen dapat berupa:
1.      Epirogenesa (berasal dari bahasa Latin: epiros = benua dan genesis = pembentukan), proses epirogenesa yang terjadi pada daerah yang sangat luas maka akan terbentuk suatu benua, dan pembentukan benua dikenal sebagai “continent buiding forces”.
2.      Orogenesa (berasal dari bahasa latin: Oros = gunung, dan genesis = pembentukan ), proses orogenesa yang terjadi pada daerah yang luas akan membentuk suatu pegunungan dan dikenal sebagai “mountain building forces”.

Kedua gaya endogen tersebut diatas menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk bentangalam yang membangun (contructional landforms). Apabila disuatu daerah yang tersusun dari batuan yang perlapisannya horisontal maka terbentuk bentangalam yang disebut dengan Dataran (Plain) atau Plateau. Proses ini dapat terjadi pada lapisan-lapisan batuan yang berada di bawah laut kemudian terangkat oleh gaya endogen menghasilkan bentuk bentangalam daratan atau plateau.
Gaya endogen dapat juga melipat lapisan-lapisan batuan sedimen yang awalnya horisontal menjadi suatu bentuk kubah (dome mountains) dan apabila gaya endogen mengakibatkan terjadinya dislokasi dari blok blok yang mengalami patahan serta lapisan batuan mengalami tilting, maka dikenal dengan bentuk pegunungan patahan (faulted mountains). Apabila gaya endogen mengakibatkan batuan sedimen terlipat kuat menghasilkan perlipatan sinklin dan antiklin maka akan menghasilkan pegunungan lipatan (folded mountains). Sedangkan apabila dipengaruhi oleh lipatan dan patahan akan menghasilkan pegunungan lipat pathan (complex mountains). Kelompok lainnya dari relief orde kedua adalah bentuk bentangalam yang dihasilkan oleh aktivitas volkanik yang dikenal bentangalam gunungapi. Bentuk bentuk bentangalam yang dihasilkan oleh proses endogen diatas masih brada dalam tahapan awal (initial stage). Bentuk bentuk bentangalam ini kemudian akan mengalami proses penghancuran oleh gaya eksogen (destruction forces) yang memungkinkan terjadinya perubahan dari bentuk aslinya.
3.      Relief Orde Ketiga
Relief order ketiga dikenal juga sebagai bentuk bentuk yang bersifat menghancurkan (Destructional forms), hal ini disebabkan karena relief ini dibentuk oleh proses proses eksogen. Bentuk bentangalam yang berasal dari proses-proses eksogenik banyak dijumpai pada relief orde ketiga dan jumlahnya tak terhitung banyaknya dimana bentuk bentuk bentangalam ini memperindah dan menghiasi bentuk-bentuk bentangalam konstruksional dari relief orde kedua. Proses eksogenik akan meninggalkan bentuk-bentuk lahan hasil erosi, seperti : Valleys dan Canyons, meninggalkan sisa sisa residu membentuk bentuk bentangalam seperti tiang-tiang (peak landforms) dan klom-klom batuan yang tahan trhadap erosi, sehingga masih menyisakan benuk bentuk seperti diatas, disamping itu juga akan meninggalkan bentuk-bentuk pengendapan (depesitional forms), seperti delta atau tangul.
Relief orde ketiga ini dapat dikelompokkan berdasarkan atas energi yang merusak atau agen yang bersifat membangun. Ada 4 agent yang utama, yaitu Streams, Glaciers, Waves dan Winds, sedangkan Wheatering adalah pembantu utama bagi keempat agent tersebut.
Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh aktivitas sungai (fluvial), yaitu :
a. Erosional forms, seperti : gallies, valleys, gorges dan canyons.
b. Residual forms, seperti : peaks, ronadrocks, summits areas.
c. Depositional forms seperti : alluvial forms, flood plains and deltas.

Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh energi dari luncuran es (gletser) yaitu :
a. Erosional forms, seperti : cirques, glacial trought
b. Residual forms, seperti : patterhorn – peaks, aretes, roche eontounees
c. Depositional forms seperti : deraine, drumlins, kame dan esker.
  
Bentuk yang dihasilkan oleh energi gelombang laut, yaitu :
a. Erosional forms, seperti : erode sea caves
b. Residual forms, seperti : staoks & Arches
c. Depositional forms seperti :beaches, bars & spits

Bentuk yang diciptakan oleh energi angin, yaitu :
a. Erosional forms, seperti : blow holes pada daerah-daerah yang berpasir
b. Residual forms, seperti : pedestal dan mushroom rocks.
c. Depositional forms seperti :endapan pasir atau lempung dalam bentuk dunes atau loess.

Selain energi yang merusak secara fisik tersebut, organisme juga dapat menjadi agen yang cenderung merusak batuan-batuan di permukaan bumi, sebaliknya aktivitas pengendapan dapat menghasilkan bentuk-bentuk seperti coral-reefs dan hills. Dapat disimpulkan, bahwa waktu terbentuknya ketiga orde relief itu berbeda-beda. Relief bentuk pertama terbentuk lebih dulu dari pada relief orde kedua dan relief orde kedua terbentuk lebih dulu dari pada relief orde ketiga.

Geomorfologi


Konsep Dasar Geomorfologi

Untuk mempelajari geomorfologi diperlukan dasar pengetahuan yang baik dalam bidang klimatologi, geografi, geologi serta sebagian ilmu fisika dan kimia yang mana berkaitan erat dengan proses dan pembentukan muka bumi. Secara garis besar proses pembentukan muka bumi menganut azas berkelanjutan dalam bentuk daur geomorfik (geomorphic cycles), yang meliputi pembentukan daratan oleh gaya dari dalam bumi (endogen), proses penghancuran/pelapukan karena pengaruh luar atau gaya eksogen, proses pengendapan dari hasil pengahncuran muka bumi (agradasi), dan kembali terangkat karena tenaga endogen, demikian seterusnya merupakan siklus geomorfologi yang ada dalam skala waktu sangat lama.

1.      Proses-proses dan hukum fisik yang sama bekerja saat ini, bekerja pula pada waktu geologi yang lalu, walaupun intensitasnya tidak sama seperti sekarang.
2.      Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi bentangalam/ bentuklahan dan struktur geologi dicerminkan oleh bentuklahannya.
3.      Relief muka bumi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya boleh jadi karena derajat pembentukannya juga berbeda.
4.      Proses-proses geomorfologi meninggalkan bekas-bekas yang nyata pada bentuklahan dan setiap proses geomorfologi akan membentuk bentuklahan dengan karakteristik tertentu. (meninggalkan jejak yang spesifik dan dapat dibedakan dengan proses lain secara jelas).
5.      Akibat adanya intensitas erosi yang berbeda yang terjadi di permukaan bumi, maka akan dihasilkan suatu urutan bentuklahan dengan karakteristik tertentu disetiap tahap perkembangannya.
6.      Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum terjadi dibandingkan dengan evolusi geomorfik yang sederhana (perkembangan bentuk muka bumi umumnya sangat kompleks/rumit, jarang yang disebabkan oleh proses yang sederhana).
7.      Hanya sedikit saja dari topografi permukaan bumi adalah lebih tua dari zaman Tersier, dan kebanyakan daripadanya tidak lebih dari zaman Pleistosen.
8.      Interpretasi secara tepat terhadap bentanglahan sekarang tidak mungkin dilakukan tanpa memperhatikan perubahan-perubahan iklim dan geologi selama masa Pleistosen (Pengenalan bentanglahan saat sekarang harus memperhatikan proses yang berlangsung pada zaman Pleistosen)
9.      Apresiasi iklim-iklim dunia amat perlu untuk mengetahui secara benar dari berbagai kepentingan di dalam proses-proses geomorfologi yang berbeda (dalam mempelajari bentanglahan secara global/skala dunia, pengetahuan tentang iklim global perlu diperhatikan)
10.  Walaupun geomorfologi menekankan terutama pada bentanglahan sekarang, namun untuk mempelajarinya secara maksimal perlu mempelajari sejarah perkembangannya.

Di samping konsep dasar tersebut di atas, dalam mempelajari geomorfologi cara dan metode pengamatan perlu pula diperhatikan. Apabila pengamatan dilakukan dari pengamatan lapangan saja, maka informasi yang diperoleh hanya mencakup pengamatan yang sempit (hanya sebatas kemampuan mata memandang), sehingga tidak akan diperoleh gambaran yang luas terhadap bentanglahan yang diamati. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dikakukan beberapa hal:
a.       Pengamatan bentanglahan dilakukan dari tempat yang tinggi sehingga diperoleh pandangan yang lebih luas. Namun demikian, cara ini belum banyak membantu dalam mengamati bentanglahan, karena walaupun kita berada pada ketinggian tertentu, kadangkala pandangan tertutup oleh hutan lebat sehingga pandangan terhalang. Kecuali, tempat kita berdiri pada saat pengamatan bentang alam merupakan tempat tertinggi dan tidak ada benda satupun yang menghalangi. Itupun hanya terbatas kepada kemampuan mata memandang.
b.      Pengamatan dilakukan secara tidak langsung di lapangan dengan menggunakan citra pengideraan jauh baik citra foto maupun citra non foto, cara ini dapat melakukan pengamatan yang luas dan cepat. 

Geomorfologi


Definisi dan Pengertian Geomorfologi

Pada hakekatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar ilmu pengetahuan tentang bentangalam (the science of landforms), sebab termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain, plateau, mountain dan sebagainya.
Lobeck (1939) dalam bukunya “Geomorphology: An Introduction to the study of landscapes”. Landscapes yang dimaksudkan disini adalah bentangalam alamiah (natural landscapes). Dalam mendiskripsi dan menafsirkan bentuk-bentuk bentangalam (landform atau landscapes) ada tiga faktor yang diperhatikan dalam mempelajari geomorfologi, yaitu: struktur, proses dan stadia. Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan dalam mempelajari geomorfologi.
Para akhli geolomorfologi mempelajari bentuk bentuk bentangalam yang dilihatnya dan mencari tahu mengapa suatu bentangalam terjadi, Disamping itu juga untuk mengetahui sejarah dan perkembangan suatu bentangalam, disamping memprediksi perubahan perubahan yang mungkin terjadi dimasa mendatang melalui suatu kombinasi antara observasi lapangan, percobaan secara fisik dan pemodelan numerik. Geomorfologi sangat erat kaitannya dengan bidang ilmu seperti fisiografi, meteorologi, klimatologi, hidrologi, geologi, dan geografi.
Kajian mengenai geomorfologi yang pertama kalinya dilakukan yaitu kajian untuk pedologi, satu dari dua cabang dalam ilmu tanah. Bentangalam merupakan respon terhadap kombinasi antara proses alam dan antropogenik. Bentangalam terbentuk melalui pengangkatan tektonik dan volkanisme, sedangkan denudasi terjadi melalui erosi dan mass wasting. Hasil dari proses denudasi diketahui sebagai sumber bahan sedimen yang kemudian diangkut dan diendapkan di daratan, pantai maupun lautan. Bentangalam dapat juga mengalami penurunan melalui peristiwa amblesan yang disebabkan oleh proses tektonik atau sebagai hasil perubahan fisik yang terjadi dibawah endapan sedimen. Proses proses tersebut satu dan lainnya terjadi dan dipengaruhi oleh perbedaan iklim, ekologi, dan aktivitas manusia.
Model geomorfik yang pertama kali diperkenalkan adalah model tentang siklus geomorfik atau siklus erosi, dikembangkan oleh William Morris Davis (1884–1899). Siklus geomorfik terinspirasi dari teori uniformitarianisme yang pertama kalinya dikenalkan oleh James Hutton (1726-1797). Berkaitan dengan bentuk-bentuk lembah yang terdapat dimuka bumi, siklus geomorfik mampu menjelaskan urut-urutan dari suatu sungai yang mengikis lembah yang mengakibatkan kedalaman suatu lembah menjadi lebih dalam lagi, sedangkan proses erosi yang terjadi pada kedua sisi lembah yang terjadi secara teratur akan membuat lembah menjadi landai kembali dan elevasinya menjadi semakin lebih pula. Siklus ini akan bekerja kembali ketika terjadi pengangkatan dari daratan.

Hubungan Geomorfologi dengan Ilmu-Ilmu Lain
Ilmu-ilmu yang yang erat hubungannya dengan geomorfologi terutama adalah Ilmu Kebumian, termasuk diantaranya adalah:
Fisiografi. Pada awalnya fisiografi mencakup studi tentang atmosfir, hidrologi dan bentangalam dan studi yang mempelajari ketiga ketiga objek tersebut umumnya berkembang di benua Eropa, sedangkan geomorfologi merupakan salah satu cabang dari Fisiografi. Dengan semakin majunya perkembangan studi tentang atmosfir(meteorologi) dan hidrologi di Amerika menyebabkan objek studi Fisiografi menjadi lebih terbatas, yaitu hanya mempelajari bentangalam saja, sehingga di Amerika istilah Fisiografi identik dengan Geomorfologi.

Geologi mempunyai objek studi yang lebih luas dari geomorfologi, karena mencangkup studi tentang seluruh kerak bumi, sedangkan geomorfologi hanya terbatas pada studi permukaan dari pada kerak bumi. Oleh karena itu maka geomorfologi dianggap sebagai cabang dari geologi dan kemudian dalam perkembangannya geomorfologi menjadi suatu ilmu tersendiri, terlepas dari geologi. Geologi struktur dan geologi dinamis adalah cabang-cabang ilmu geologi yang sangat membantu dalam mempelajari geomorfologi. Dengan geologi dinamis dapat membantu untuk menjelaskan evolusi permukaan bumi, sedangkan geologi struktur membantu dalam menjelaskan jenis-jenis dari bentuk-bentuk bentangalam. Banyak bentuk bentangalam dicerminkan oleh struktur geologinya. Oleh karena itu untuk mempelajari geomorfologi maka diperlukan pengetahuan dari ilmu-ilmu tersebut.

Meteorologi dan Klimatologi, yang mempelajari keadaan fisik dari atmosfir dan iklim. Ilmu ini mempunyai pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung terhadap proses perubahan roman muka bumi. Kondisi cuaca seperti terjadinya angin, petir, kelembaban udara dan pengaruh perubahan iklim dapat membawa perubahan-perubahan yang besar terhadap bentuk roman muka bumi yang ada. Oleh karena itu untuk mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di permukaan bumi, diperlukan pengetahuan tentang ilmu-ilmu tersebut.

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu mengenai air yang ada di bumi (the science of the waters of the earth), termasuk dalam hal ini air yang ada di sungai-sungai, danau-danau, lautan dan air bawah tanah. Pengetahuan mengenai hidrologi juga akan pembantu dalam mempelajari geomorfologi. Sama halnya dengan atmosfir, air dapat juga menyebabkan perubahan-perubahan atas roman muka bumi yang ada dan dapat meninggalkan bekas-bekasnya.

Geografi mempunyai objek studi yang lebih luas dari pada geomorfologi, sebab mencakup aspek-aspek fisik dan sosial dari pada permukaan bumi. Sedangkan geomorfologi menekankan pada bentuk-bentuk yang terdapat pada permukaan bumi. Geografi menekankan kajiannya pada “Space Oriented” yang dapat menunjukkan dimana dan bagaimana penyebaran dari pada bentuk bentangalam serta mengapa penyebarannya demikian. Mengingat sifat dari geografi yang “Anthropocentris”, dan dalam hubungannya dengan studi geomorfologi, maka muncullah suatu sub disiplin ilmu yaitu “Geography of landform”. Dimana didalamnya juga mencakup, bagaimana meng-aplikasikan setiap jenis bentangalam untuk aktivitas dan kehidupan manusia. Dengan kata lain dapat menjalin suatu hubungan timbal balik antara manusia dengan bentangalam yang ada.

Geografi


DEFENISI ILMU YANG BERKAITAN DENGAN GEOGRAFI
1.      Geofisika adalah pengetahuan tentang fisik bumi bagian dalam dengan memakai meto-de dan teknik fisika seperti mengukur gelombang gempa, magnet bumi, gravitasi, struk-tur lapisan kulit bumi, dsb. Ada juga geologi struktur yang mempelajari tentang susunan lapisan batuan (stratigrafi), bentuk atau bangun daripada kulit bumi akibat adanya gaya-gaya eksogen dan endo-gen yang bekerja.
2.      Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
3.      Geologi adalah ilmu yang mem-pelajari bumi secarah keselu-ruhan meliputi: Asal kejadian, struktur, komposisi, sejarah hingga proses alamiah sampai pada kenampakan masa kini. Cabang-Cabang Geologi : Geofisika dan paleontologi.
4.      Geodesi adalah salah satu cabang ilmu matematika terpakai yang melakukan pengukuran atau pengamatan, menentukan bentuk dan ukuran bumi, menentukan posisi/koordinat titik, panjang dan arah di permukaan bumi, berikut melakukan studi gaya berat.
5.      Kartografi adalah suatu ilmu seni, sains dan teknologi menghasilkan peta bersama-sama dengan kajiannya sebagai saintifik dan berseni.
6.      Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi baik di atas maupun di permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubungannya dengan kehidupan.
7.      Menurut Johnston, Geografi Regional pada dasarnya adalah studi tentang wilayah di permukaan bumi dengan mempergunakan analisis perbedaan wilayah (areal differentiation) dan persamaan wilayah (areal likenesses)

Geologi


GEOLOGI DAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN
A.    Pendahuluan
Pada awalnya, orang tertarik untuk mempelajari geologi hariya karena didorong oleh rasa keingintahuan terhadap apa yang dilihat dan dirasakan disekitarnya. Hal ini dapat dilihat dan kenyataan dengan tersiratnya konsep-konsep terjadinya Bumi di hampir semua budaya kuno dan dalam ajaran-ajaran agamanya. Proses-proses alam menakjubkan, seperti meletusnya gunung api yang mengeluarkan bahan-bahan pijar dari dalam perut bumi, goncangan bumi yang menghancurkan segala yang ada di muka bumi dan lain sebagainya, telah mendorong orang-orang untuk mencari jawabannya. Ilmu Geologi itu sendiri sebenarnya dapat dikatakan baru, dimulai pada sekitar 500 hingga 300 tahun sebelum Masehi, yang didasarkan kepada fakta-fakta yang disusul dengan pemikiran-pemikiran dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh pakar-pakar filsafat Yunani. Geologi sejak itu, berkembang menjadi ilmu pengetahuan tentang bumi. Dengan semakin majunya peradaban dimana banyak benda-benda kebutuhan manusia dibuat yang memerlukan bahan-bahan tambang seperti , tembaga, emas dan perak, kemudian juga batubara dan minyak bumi sebagai energi, dan karena semua ini harus diambil dari dalam Bumi, maka Ilmu Geologi kemudian berkembang sebagal ilmu terapan, yang dalam hal mi berfungsi sebagai penuntun penting di dalam eksplorasi.
disamping itu, geologi di zaman modern juga ternyata berkembang sebagal ilmu terapan dalam pembangunan teknik sipil dan pengembangan wilayah. Perencanaan
pelaksanaan pembangunan terhadap bangunan-bangunan teknik sipil seperti halnya, bendung, terowongan, jembatan, jalan dan lainnya memerlukan data geologi,
bangunan tersebut harus dibangun diatas permukaan bumi. Dengan semakin meningkatnya penghunian bumi yang diikuti dengan penyediaari sarananya, maka lokasi hunian yang semula terletak  di daerah-daerah yang mudah dijangkau dan sederhana tatanan geologinya, sekarang sudah meluas ke wilayah-wilayah yang rumit dan memerlukan pengetahuan geologi yang lebih lengkap dan teliti didalam pembangunannya. Air yang merüpakan salah satu unsure dari bumi, menjadi kebutuhan yg sangat vital balk untuk rumah tangga, pertanian maupun sebagai pembangkit listrik yang harus disediakan.
Akhir-akhir ini masalah bencana akibat lingkungan mulai semakin mencuat ke permukaan, baik yang disebabkan oleh proses alam itu sendiri maupun yang disebabkan oleh ulah manusia didalam membangun sarana dan memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti penggalian-penggalian bahan tambang dan bangunan, pengambilan air tanah, sumberdaya energi seperti batubara dan minyak bumi dan lain sebagainya, yang dilakukan tanpa dilandasi oleh perhitungan keadaan geologi setempat. Pengetahuan geologi dalam hal ini menjadi penting didalam upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya bencana lingkungan. Disamping itu, sebagai ilmu terapan, muncul pula cabang-cabang ilmu geologi terapan seperti Geologi Teknik, Geologi Lingkungan, Geologi Minyak bumi, Geologi Konservasi dan lain-lain.
Geologi pada hakekatnya merupakan suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatunya mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok dan ilmu-ilmu yang membahas perihal sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur dalaman, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun di atas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang.
Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai pembahasan materi yang beranekaragam namun juga merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Hampir setiap bentuk bangunan teknik sipil seperti bendungan, jembatan, gedung-gedung bertingkat dibangun diatas permukaan bumi. Demikan pula bahan-bahan tambang harus digali dan diambil dari dalam bumi. Kaitannya yang sangat erat dengan bidang-bidang kerekayasaan tersebut seperti Teknik Sipil, Pertambangan, pengembangan Wilayah dan Tata Kota serta Lingkungan, menyebabkan ilmu ini semakin banyak dipelajari, tidak saja oleh mereka yang akan memperdalam bidang geologi sebagai profesinya, tetapi juga bagi bidang lain yang profesinya mempunyai kaitan yang erat dengan bumi.
Degradasi Iingkungan bumi sebagai akibat eksploitasi sumberdaya alam di berbagai tempat di muka bumi saat ini telah menjadi isu sentral yang ramai dibicarakan dan didiskusikan oleh para ahli Iingkungan, terutama yang berkaitan dengan ketersedian dan keberlanjutannya sumber daya alam bagi generasi mendatang. Disamping itu, kebutuhan dan penggunaan sumber daya alam yang tinggi dianggap sebagal penyeb ab utama terjadinya efek pemanasan global yang pada akhirnya berdampak pada kerusakan Iingkungan. Disamping itu, pertumbuhan penghunian bumi, perpindahan, penyebaran dan konsentrasi manusia disuatu  wilayah akan selalu menimbulkan per soalan baru, terutama persoalan yang berkaitan dengan penyediaan kebutuhan sumber daya alam. OIeh karena itu dalam proses perencanaan wilayah, ketersediaan sumber daya alam harus menjadi pertimbangan utama di dalam menetapkan peruntukan lahan.
Pada dasarnya, hubungan antara ilmu geologi dan lingkungan tidak dapat dipisahkan, mengingat permasalahan lingkungan yang muncul sebagai akibat dan eksploitasi sumber daya alam merupakan subyek dan obyek dan ilmu geologi. Geologi pada awalnya merupakan ilmu yang kurang mendapat perhatian dari para ahli teknik maupun para pembuat kebijakan. Ilmu ini mulai mendapat perhatian ketika eksploitasi sumber  daya alam meningkat tajam dan berdampak pada degradasi dan kerusakan lingkungan. Oleh karenanya, pengetahuan geologi sangat upaya memanfaatkan sumber daya alam secara efektif dan efisien guna memenuhi kebutuhan hidup manusia masa kini dan masa mendatang dengan seminimal mungkin mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Dengan kata lain, geologi dapat diartikan sebagai penerapan informasi geologi dalam pembangunan terutama meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk meminimalkan degradasi lingkungan sebagai akibat perubahan-perubahan yang terjadi dan pemanfaatan sumber daya alam.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu mendapat perhatian didalam mengeksploitasi sumber daya alam:
a)      Bumi adalah suatu benda yang terbatas, mempunyai dimensi yang dan tidak berubah (Sistem tertutup)
b)      Persebaran sumber daya alam di bumi tidak merata dan jumlahnya sangat terbatas
c)      Bumi adalah suatu benda yang dinamis, dimana batuan, air dan udara bergerak dalam suatu gerakan yang kontinyu.
d)     Bumi beserta kejadian-kejadian yang bekerja di dalamnya ditentukan dalam ukuran waktu. Proses-proses alam seperti gempa bumi, erupsi gunung api, banjir, longsoran tanah, dan atáu gerakan lempeng dapat terjadi dalam waktu yang sangat cepat maupun lambat (seperti tumbukan lempeng).
B.     Permasalahan lingkungan
Pada hakekatya permasalahan lingkungan akan muncul ketika eksploitasi sumber daya alam mengabaikan prinsip-prinsip pengelolaan yang berkelanjutan. Permasalahan lingkungan saat ini telah menjadi isu global dan menjadi perhatian para peneliti maupun para pengambil keputusan. Banyak tempat di muka bumi saat ini kondisi lingkungannya sangat buruk dan sebagian besar dalam kondisi yang kritis. Penurunan kualitas lingkungan dapat kita jumpai diberbagai belahan bumi, terutama di tempat-tempat dimana eksploitasi sumber daya alam sudah tidak mengindahkan kelestarian lingkungan dan pengelolaan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh lokasi yang telah mengalami penurunan kualitas lingkungan akibat eksploitasi sumber daya mineral seperti di lokasi tambang batubara di Kalimantan Timur, tambang tembaga di Papua, dan tambang timah di Pulau Bangka.
Disamping itu eksploitasi sumber daya hutan dan perubahan tata guna lahan yang terjadi di pulau Sumatra, Kalimantan, dan Papua juga berdampak pada rusaknya struktur tanah dan sistem hidrologi air tanah. Perubahan tata guna lahan yang terjadi di berbagai wilayah dalam skala besar telah berakibat pada habitat fauna dan flora serta terganggunya èkosistem. Masalah yang disebabkan oleh eksploitasi sumber daya alam dapat kita saksikan diberbagai wilayah di dunia dan yang paling parah kondisinya ada di Negara-negara berkembang. Meningkatnya jumlah penghunian bumi telah berdampak pada meningkatnya kebutuhan sumber daya alam.
Permasalahan yang sering dihadapi adalah bagaimana mencukupi dan memenuhi kebutuhan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh masyarakat tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya alam yang ada di suatu wilayah jumlahñya sangat terbatas dan tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang ada di wilayah tersebut.
Makassar adalah salah satu contoh wilayah yang sumber daya alamnya sangat terbatas sehingga untuk memenuhi, dan mencukupi kebutuhan sumber daya alamnya dipasok dari luar  wilayah. Beberapa kebutuhan sumber daya alam, seperti sumber daya air berasal dari wilayah di sekitar Jakarta seperti Gowa, sedangkan kebutuhan sumber daya mineral industri untuk bahan bangunan, seperti: batupasir, batukali, batubata, genteng, sement dan